TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA - Studi kelayakan (feasibility study) penentuan lokasi pengembangan Bandara Buleleng dipastikan mundur.
Jika sebelumnya Kementerian Perhubungan berjanji menyelesaikan feasibility study pada semester I 2013, kali ini pemerintah menargetkan baru bisa menyelesaikan hal itu pada semester II tahun ini.
“Kami masih membuat studinya, kemungkinan besar semester II,” kata Bambang Susantono, Wakil Menteri Perhubungan usai membuka forum Indonesia EST, Senin (22/4/2013) di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali.
Pada pemetaan lokasi pembangunan, sejumlah lokasi di kawasan Bali utara sudah mulai disiapkan. Tiga opsi lokasi yang akan dipilih untuk bandara kedua di Bali itu terletak di Kabupaten Karangasem, Buleleng dan Jembrana.
Dinas Perhubungan Bali sebelumnya merinci, kajian lokasi bandara itu berada pada 7 titik alternatif, diantaranya di daerah Gerokgak, Kubutambahan dan Sangsit, Kabupaten Buleleng.
Adapun lingkup pembangunan bandara baru itu berupa runway 3.800 m x 60 m, apron, taxiway, lahan parkir, akses jalan serta fasilitas kargo dan apron kargo.
Sementara itu, menyikapi hengkangnya investor asing asal India, GVK Power & Infrastructure Limited, Bambang mengatakan mash menunggu investor lain baik asing maupun lokal yang memang berniat untuk membangun bandara tersebut.
Bambang menuturkan, kendati sudah ada investor, pihaknya menginginkan skema pembiayaan public private partnership (PPP).