TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS -- Harga gula kelapa (gula merah) di tingkat penderes (penyadap nira dan pembuat gula kelapa) selama sebulan ini turun drastis dari semula Rp 9.500 per kg jadi Rp 8.000 per kg. Anjloknya harga gula kelapa ini diduga akibat masuknya gula kelapa dari Lampung dan maraknya peredaran gula kelapa oplosan.
Menurut bandar gula kelapa, H Wagino, turunnya harga gula kelapa di tingkat penderes ini katanya karena harga di pacar eceran juga anjlok. "Padahal produksi masih stabil, permintaan pasar juga stabil. Cuma di pasar, stok gula kelapa cukup banyak. Katanya ada gula kelapa dari Lampung masuk pasar tradisional. Lebih parah lagi sekarang mulai marak peredaran gula kelapa yang dioplos, biasanya disebut gula 2 tax," kata pria yang warga Dusun Kubangpari, Desa Bangunsari, Pamarican, Ciamis kepada Tribun, Senin (13/5/2013).
Wagino yang setiap minggunya masih rutin menampung 2 ton gula kelapa dari 35 keluarga penderes binaannya, mengatakan, gula 2 tax tersebut merupakan oplosan dari gula kelapa sisa (di luar kualitas) atau lazim disebut bs, dengan gula rafinasi (gula untuk kebutuhan industri). Yang sering disebut gula kelapa bs itu biasanya yang sudah mengumpal.
"Harga gula kelapa bs, paling mahal setengah harga gula kelapa biasa, bahkan bisa lebih murah," ujar Deni (40) seorang petani di Dusun Randu Kuning, Desa Kelapasawit, Lakbok, Ciamis.
Gula kelapa yang sudah bs tersebut dalam jumlah banyak dibeloi oleh pihak-pihak terentu yang mengejar keuntungan semata, untuk kemudian dioplos dengan gula rafinasi .
"Dioplosnya dalam katel besar di atas tunggu dengan api menyala hingga mencair. Kemudian dalam kondisi sudah agak kental dicetak seperti membuat gula kelapa biasa. Hasilnya gula kelapa oplosan tersebut dijual ke pasar dengan harga sama dengan harga pasaran. Untungnya lumayan besar juga," papar Deni.
Untuk membedakan gula kelapa asli dengan gula kelapa oplosan tersebut kata Deni tidak terlalu sulit, karena gula kelapa oplosan, tampilannya lebih cerah mengkilat, lebih rapi, dan lebih keras. "Sementara gula kelapa asli agak kusam dan tidak begitu keras," katanya.
Bila dilelehkan dalam air, apalagi air panas, kata Deni, gula kelapa oplosan lebih cepat mencair dan lebih bening. Sementara gula kelapa asli agak lama baru mencair, bila diangkat bisa meleleh seperti madu. "Gula kelapa oplosan dengan gula rafinasi tidak meleleh tapi langsung mencair, seperti mengaduk gula pasir dalam air. Gula kelapa oplosan ini manisnya lebih manis, dibanding gula kelapa asli," ujar Deni.
Gula kelapa oplosan daya tahannya paling lama sebulan bahkan hanya 15 hari, setelah itu mencair. Sementara gula kelapa asli apalagi dari kualitas bagus bisa tahan 3 hingga 4 bulan. Baik Wagino maupun Deni, mengkhawatirkan makin maraknya peredaran gula kelapa oplosan menjelang bulan Ramadan ini. (sta)