Laporan Wartawan Tribunnews, Ismoyo
TRIBUNNEWS, JAKARTA - Berhembus kabar salah satu perusahaan sektor migas, Shell Indonesia, akan menutup layanan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Tanah Air.
Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menyebut, hal ini baru sebatas rumor. Untuk detailnya, hal ini perlu dikonfirmasi kepada pihak Shell Indonesia.
"Saya hanya dengar rumor, pastinya bisa tanya langsung ke Shell," ungkap Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal saat dihubungi Tribunnews, Minggu (24/11/2024).
Baca juga: Pertamina Patra Niaga Gencar Lakukan Inspeksi ke SPBU, Ini Aspek yang Diperiksa
Moshe mengungkapkan, terdapat tantangan dalam bisnis retail SPBU di Indonesia, khususnya bagi para pemain di industri hilir migas, di luar PT Pertamina (Persero).
Diketahui, Pertamina yang merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki penugasan untuk mendistribusikan BBM subsidi, yang harganya di bawah harga keekonomian.
Belum lagi, BBM non-subsidi yang kadar oktan 92, dijual dengan harga yang berada di bawah harga pasar pada umumnya. Layaknya di SPBU Shell, Vivo, atau BP.
"Tantangannya, karena monopoli dari Pertamina yang yang memang difasilitasi oleh pemerintah. Karena kan distribusi BBM ini, apalagi BBM subsidi ya, itu kan memang ranahnya Pertamina, dengan itu saja dia sudah bisa menguasai pasar mayoritas BBM di Indonesia," ucap Moshe.
Apabila melihat ke belakang, lanjut Moshe, pertimbangan perusahaan migas untuk berbisnis di sektor hilir seperti SPBU, awalnya ingin menjual produk BBM yang berkualitas daripada Pertamina.
Namun seiring berjalannya waktu, Pertamina terus meningkatkan kualitas produk BBM yang dijualnya. Sehingga kompetisi bisnis di Tanah Air berimbang.
Baca juga: Hadapi Natal dan Tahun Baru 2025, SPBU di Berbagai Wilayah Dilakukan Inspeksi
Mulai dari kadar oktan RON 95 bahkan saat ini tengah mempersiapkan BBM yang lebih ramah lingkungan, yang dicampur dengan minyak nabati.
Jadi ya dulu mungkin pemain-pemain lain di luar melihat ada peluang. Kenapa? Karena ada nilai tambah yang mereka bisa tawarkan lah, dari sisi kualitas BBM-nya performance-nya dibandingkan produk Pertamina," ungkap Moshe.
"Sekarang, ya saya bilang selalu bilang Pertamina sekarang sudah semakin baik ke depannya. Mereka bisa tawarkan lebih," lanjutnya.
Moshe pun menyoroti, jumlah perusahaan yang bergerak di bisnis hilir seperti SPBU tinggal hitungan jari. Yakni Shell, Vivo, AKR dan BP.
Selain sedikit, para perusahaan tersebut hanya beroperasi di kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Jabodetabek, Bandung, serta Surabaya.
"Ya wajar hanya beroperasi di kota besar. Karena pasar mereka cuma hanya bisa menjual yang non-subsidi. Kalau jualnya di pasar daerah akan sulit, kan ya wajar," pungkasnya.