Laporan Wartawan Tribun Lampung, Ridwan Hardiansyah
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Rencana Pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dalam waktu dekat membuat gundah para pengusaha pemilik perusahaan otobus (PO) di Lampung. Selain bayang-bayang keuntungan yang bakal berkurang, kenaikan harga BBM subsidi lebih jauh bahkan bisa menjadikan PO gulung tikar.
Ancaman kebangkrutan terutama membayangi PO yang hanya mengoperasikan bus ekonomi. Seperti diungkapkan Wakil Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Lampung I Ketut Pasek kepada Tribun Lampung (Tribunnews.com Network).
Ia menuturkan, ancaman kebangkrutan PO akibat kenaikan harga solar sangat mungkin terjadi.
"Saat ini saja jumlah PO sudah mulai berkurang. Sudah 13 PO yang tutup sejak dua tahun terakhir ini," tutur Pasek di ruang kerjanya akhir pekan lalu.
Organda Lampung mencatat, pada 2011, terdapat 90 PO yang operasional dengan total jumlah bus sekitar 1.800 unit meliputi bus AKAP (antarkota antarprovinsi) dan AKDP (antarkota dalam provinsi).
"Dari jumlah tersebut, 40 PO diantaranya memiliki bus nonekonomi atau bus AC. Jadi bus AC hanya sekitar 30 persennya," kata Pasek.
Sementara pada 2013, jumlah PO menyusut 13 perusahaan sehingga hanya tersisa 77 PO. Data tersebut tertuang dalam Surat Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Lampung Nomor 551/434/III.06/2013 tertanggal 10 April 2013 tentang Perpanjangan Izin Trayek dan Kartu Pengawasan.
Ketigabelas PO yang tutup, merupakan PO yang hanya mengoperasionalkan bus ekonomi. Dua penyebab utama kebangkrutan adalah jumlah penumpang yang menurun serta kesalahan manajemen perusahaan.
"Kalau solar naik, sangat mungkin ada perusahaan lagi yang bangkrut. Dalam dua bulan pertama kenaikan solar, penumpang akan mengalami penurunan. Kami belum punya data real. Tetapi analisis Organda pusat, penurunan penumpang biasanya mencapai 15 hingga 20 persen," kata pemilik PO Puspa Jaya itu.
Dalam pengoperasian bus, Pasek menjelaskan, harga solar memberikan pengaruh sebanyak 30 persen terhadap tarif. Selain itu, kenaikan harga solar akan memberikan efek domino sebanyak lima persen.
"Efek domino itu ke barang-barang suku cadang (onderdil) dan sebagainya yang pasti akan mengalami kenaikan harga juga," ungkap Pasek.
Apabila solar dinaikkan, Pasek menerangkan, secara otomatis tarif bus pun mengalami kenaikan. Hal itu untuk menyesuaikan peningkatan biaya operasional.
"Tarif dan margin keuntungan bus ekonomi mengikuti ketetapan pemerintah. Kalau penentuan tarif bus nonekonomi, menjadi kewenangan organda dengan persetujuan pemerintah," ucap Pasek.