News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tips Bisnis Jepang

Harga BBM Naik Tapi Jepang Malah Mengekspor Minyak

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah SPBU di Jepang. Harga BBM di Jepang melambung tinggi namun negara itu malah mengekspor minyak.

Oleh: Richard Susilo*

TRIBUNNEWS.COM - Harga bahan bakar minyak di Jepang naik tinggi dari sekitar 140 yen (Rp 14.206) setiap liternya. Cukup pusing rakyat Jepang saat ini karena semua barang dan jasa akibatnya jadi naik pula. Harga makanan semakin mahal dan minuman, termasuk bir juga semakin mahal, di tengah genderang Abenomics.

Lalu banyak anak muda Jepang mengurangi belanja yang dianggap tak perlu, mengurangi minum bir, dan semakin banyak yang menabung karena prihatin sekali seolah masa tuanya akan sulit sekali dengan situasi kondisi Jepang saat ini.

Toserba Isetan Mitsukoshi Holdings Ltd. khusus penjualan pakaian turun sekitar dua persen dibandingkan bulan sama tahun lalu. Toserba lain Takashimaya Co. berencana memberi diskon 20-30 persen produk tekstilnya. Shimamura Co., ritel baju terbesar kedua di Jepang penjualannya turun 9 persen, demikian pula Honeys Co. penjualan pakaian turun 13,5 persen.

Semua ini akibat kenaikan harga bensin semua barang naik dan orang mulai sungkan belanja. Hal serupa dialami pula industri restauran di Jepang. Misalnya restoran keluarga Saizeriya Co. untuk kedelapan tahun berturut-turut kini turun lagi 2,9 persen penjualannya dibandingkan sebelumnya.

Praktis semua penjualan akan menurun di Jepang saat ini karena kenaikan luar biasa harga bensin di Jepang. Banyak orang akan beralih naik kereta api saja ketimbang naik mobil ke kantornya.

Di tengah kenaikan harga bensin dan kesulitan penjualan itu, yang sangat menarik sebenarnya justru Jepang mengekspor minyaknya. Misalnya Nippon Oil Corp. dan beberapa distributor (light and heavy oil Jepang) lain justru meningkatkan ekspor minyaknya ke Asia.

Dalam tahun fiskal 2008 misalnya, pengapalan atau ekspor minyak dari Jepang malah meningkat 10 persen, rasio ekspor tertinggi dalam sejarah ekspor minyak Jepang selama ini.

Nippon Oil berencana meningkatkan 60 persen ekspor light oil, bahan bakar jet khususnya ke China dan Asia Tenggara sehingga menjadi 6,8 juta kiloliter tahun fiskal 2010.

Karena itu mreka akan menginvestasikan tambahan 4 miliar yen untuk membuat dan mengisi minyak-minyak di tangkinya, pembuatan pipa-pipa penyaluran tambahan di enam tempat penyulingan minyak.

Idemitsu Kosan Co. akan mengekspor 1,3 juta kiloliter (naik 30 persen) serta investasi tambaan 1 miliar yen di tempat penyulingan di perfektur Chiba dan Aichi mulai September mendatang, sehingga ekspornya bis amencapai 3 juta kiloliter di masa mendatang.

Showa Shell Sekiyu KK  akan melipatgandakan tiga kali lipat ekspornya menjadi sekitar 2,5 juta kiloliter dan meningkatkan investasinya sekitar 3 miliar yen untuk mengembangkan fasilitas penyulingannya di perfektur Mie dan kanagawa.

Ekspor minyak Jepang akan meningkat 50 persen menjadi 15,86 juta kiloliter per 31 Maret tahun ini naik 4,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Lebih menarik lagi dari semua itu, pengembangan dan peningkatan ekspor minyak Jepang juga dengan melakukan berbagai penyelidikan dan satu penelitian hampir berhasil untuk peningkatkan produksi minyak adalah penelitian ganggang (algae).

Sebuah lembaga penelitian di Tsukuba Jepang setelah krisis minyak tahun 1973 segera dilakukan para ahli ganggang. Lembaga afiliasi pemerintah Research Institute of Innovative Technology for the Earth (RITE) tahun 1990-an mulai serius meneliti ganggang tapi kemudian dihentikan karena dianggap tidak ekonomis.

Penelitian dan pengembangan ganggang itu belum lama dilakukan lagi dengan target mengekspor minyak dari ganggang itu pada tahun 2025. Mungkinkan ganggang menghasilkan minyak?

Professor Makoto Watanabe dari Universitas Tsukuba memperlihatkan kemajuan penelitian tersebut. Bahkan produktivitas ganggang ternyata 20-100 kali lebih tuinggi daripada biofuel yang diperoleh dari panen jagung.

Hasil penelitian menunjukan dengan 10 gram ganggang menghasilkan satu liter minyak dengan biaya 60 yen per liter, akan sangat lebih menguntungkan daripada harga minyak mentah saat ini.

 Ganggang dengan jenis Botryococcus algae masih banyak ragamnya, tergantung lingkungannya. Namun di antara sekian macam jenis, ganggang yang ada di Indonesia diakuinya cukup berkualitas tinggi, bagus untuk dijadikan minyak. Bagaimana kita mengantisipasi hal baru ini? Harapan baru yang sebenarnya sangat baik pula bagi perekonomian Indonesia di masa mendatang. Hontou deshouka. Benarkah demikian?

Informasi lengkap lihat: http://www.tribunnews.com/topics/tips-bisnis-jepang/

Konsultasi, kritik, saran, ide dan segalanya silakan email ke: info@promosi.jp

*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili dan berpengalaman bisnis  lebih dari 20 tahun di Jepang

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini