TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Proyek pembangunan Pembangkit Listrk Tenaga Panas Bumi (PLTP) dipasytikan bakal membengkak. Konsorsium Medco-Ormat-Itochu-Kyushu memperkirakan bakal terjadi pembengkakan sekitar Rp 200 miliar.
Chief Operating Officer MedcoEnergi, Budi Basuki, mengatakan konsorsium menargetkan financial close akan selesai dalam waktu dekat. Ia mengakui nilai investasi proyek PLTP Sarulla yang semula diperkirakan 1,2 miliar dolar AS membengkak jadi 1,4 miliar dolar AS .
"Nilai investasi melambung lantaran proses renegosiasi amendemen kontrak kerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memakan waktu lama, sejak 2008," jelasnya.
Sebagian besar pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman perbankan dengan masa pinjaman 20 tahun. Japan Bank for International Cooperation memberi pinjaman 600 juta dolar AS, Asian Development Bank sekitar 200 juta dolar AS, dan dari perbankan komersial dari Jepang dan Eropa sekitar 400 juta dolar AS.
"Ini proyek geothermal pertama yang menggunakan pendanaan bank. Dulu memang sempat terkendala karena sebagian aset Sarulla itu milik pemerintah. Nah di situ perdebatannya. Apakah bisa aset pemerintah dijadikan jaminan ke bank? Akhirnya setelah dua tahun baru selesai masalahnya," keluh Nur Pamudji, Dirut PLN.
Listrik dari PLTP Sarulla yang dikerjakan Konsorsium Medco-Ormat-Itochu-Kyushu yang akan dibangun pada dua lokasi yaitu di Silangkitang sebesar 220 MW dan di Namora sebesar 110 MW ini, akan dibeli PLN dengan harga 6,79 sen dolar AS per kWh selama 30 tahun dan akan dialirkan melalui transmisi 150 kV sepanjang 15 kilometer sirkuit (kms) ke Gardu Induk Sarulla milik PLN. (ers)