TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Penuhi pasokan listrik untuk wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) termasuk Sumut, Direktur Utama PLN Nur Pamudji, menjanjikan kepastian pembangunan Pembangkit Lietrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla akan ditentukan September mendatang.
Kalau potensi energi dari Sarulla ini bisa direalisasikan, ia memprediksi tidak hanya 3x110 megawatt saja daya yang bisa dihasilkan. Ia bahkan tidak menutup kemungkinan daya yang dihasilkan bisa mencapai dua kali lipat dari volume tersebut.
"Tenaga untuk prediksi awal memang hanya 3 x 110 megawatt saja. Tapi kalau diexpand, itu bisa dua kali lipat. Demi kecukupan listrik wilayah Sumut dan sekitarnya, ini tentu kabar gembira. Tapi tentunya bertahap. Setiap tahun bisa dibangun masing-masing 110 megawatt saja," katanya, Senin (24/6/2013) di Santika Dyandra Premiere Hotel Medan.
Proyek Sarulla baru bisa dipastikan akan rampung pada tahun 2016 untuk tahap pertama, tahap kedua 2007, dan terakhir 2018.
Proyek PLTP Sarulla merupakan proyek yang masuk ke dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap kedua. Dimana sebanyak 60 persen bahan bakar tahap 2 ini menggunakan energi baru terbarukan.
Proyek yang menelan investasi 1,4 miliar dolar AS ini masuk dalam geothermal terbesar di dalam single contract sehingga akan mempercepat pencapaian sasaran elektrifikasi di Indonesia.
Listrik dari PLTP Sarulla yang dikerjakan Konsorsium Medco-Ormat-Itochu-Kyushu yang akan dibangun pada dua lokasi yaitu di Silangkitang sebesar 220 MW dan di Namora sebesar 110 MW ini, akan dibeli PLN dengan harga 6,79 sen dolar AS per kWh selama 30 tahun dan akan dialirkan melalui transmisi 150 kV sepanjang 15 kilometer sirkuit (kms) ke Gardu Induk Sarulla milik PLN.
Unit Pertama Pembangkit PLTP Sarulla ini ditargetkan beroperasi komersial pada tahun 2016, unit kedua pada 2017, dan unit ketiga pada 2018.
Pihak Pertamina bersama Medco dan perwakilan perusahaan Jepang itu, katanya, saat ini tengah melakukan investigasi di areal Sarulla untuk memastikan apakah megaproyek ini sudah bisa direalisasikan September 2013 atau tidak.
"Kalau September nanti sudah oke, ya kita tinggal jalan saja. Ini adalah pasokan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan energi di Sumut dan sekitarnya. Tentu saja interkoneksi ke wilayah lain juga," terangnya.
Dengan harga energy sales contract yang disepakati sebesar 6,79 sen dolar AS per kWh ini, PLTP Sarulla akan menghemat subsidi listrik sekitar Rp 4 triliun per tahun. Selain itu Sarulla juga bisa berkontribusi dalam pengurangan pemanasan global kurang lebih sebanyak 1 juta ton CO2 per tahun.
Jika dibandingkan dengan biaya pokok produksi listrik rata-rata nasional sebesar 13 sen dolar AS per kWh, maka penghematan subsidi listrik yang dihasilkan adalah 364 juta dolar AS per tahun atau sekitar 1 juta dolar AS setiap harinya saat mulai beroperasi di tahun 2016.(ers)