TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, BI Rate sebesar 25 basis point, yang semula 5,75 persen menjadi 6,00 persen. Melihat kondisi itu, tidak tertutup kemungkinan, lembaga-lembaga perbankan menaikkan suku bunga, baik simpanan maupun pembiayaan (kredit).
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten (BJB), Bien Subiantoro, menyatakan, pihaknya memang segera melakukan penyesuaian suku bunga.Namun yang disesuaikan adalah suku bunga simpanan. "Rencananya sekitar 50-75 basis poin," kata Bien pada sela-sela Bazaar Wirausaha Muda Jabar di Kantor Bank Indonesia (BI) Wilayah VI Jabar-Banten, Jalan Braga Bandung, Jumat (28/6/2013).
Harapannya, kata Bien, kenaikan suku bunga simpanan itu dapat meningkatkan dana pihak ketiga (DPK). Posisi terakhir DPK BJB hingga Mei tahun ini sekitar Rp 49 triliun.
Bien berharap naiknya suku bunga simpanan dapat lebih mendongkrak DPK BJB. "Proyeksi kami, pertumbuhan DPK sekitar 20-25 persen," kata Bien.
Sementara untuk kredit, BJB belum berencana menyesuaikan suku bunganya. Hal itu agar penyaluran kredit, termasuk bagi sektor mikro, tidak mengalami perlambatan.
Di tempat terpisah, Direktur PT Bank Nusantara Parahyangan (BNP) Tbk, Budi T Halim, mengatakan, BNP mengkalkulasi suku bunga simpanan dan kredit. "Kami tidak serta merta menyesuaikan suku bunga. Kami berhati-hati," ujar Budi saat Public Expose Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2013 di Hotel Luxton, Bandung.
Menurut Budi, kalau pun ada penyesuaian suku bunga, mungkin pada produk-produk tertentu. "Apakah produk itu simpanan atau kredit. Yang jelas, kami masih membicarakannya," ujarnya.
Sementara Kepala Kantor BI Wilayah VI Jabar-Banten, Dian Ediana Rae, menjelaskan, naiknya BI Rate menjadi upaya mengantisipasi inflasi, yang di Jabar, prediksinya, bisa melampaui 8 persen. Naiknya BI Rate itu dapat membuat bank pelaksana menaikkan suku bunga simpanan.
"Jika suku bunga simpanan naik, itu dapat membuat masyarakat lebih banyak menyimpan dananya daripada menggunakannya untuk sektor konsumtif. Jadi, ini sebuah strategi untuk menyikapi inflasi," kata dia,
Naiknya dana simpanan pun, ujar Dian, merupakan upaya BI meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dia berpendapat, inflasi yang tinggi menjadi tidak terlalu berefek apabila terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif.
Karenanya, BI terus berupaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi. "Saat ini, di Jabar, pertumbuhannya masih positif. Harapannya, ini bisa dipertahankan, bahkan ditingkatkan," kata Dian. (win)