Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Afrizal
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Jumlah penduduk miskin di Riau, Maret 2013 turun sebanyak 13,79 ribu jiwa. Berdasarkan Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Maret 2012 silam, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai 483,07 ribu jiwa atau setara 8,22 persen. Maret 2013, turun menjadi 469,28 ribu jiwa atau 7,72 persen.
Menurut Kepala BPS Riau, Mawardi Arsad, penurunan jumlah penduduk miskin Riau ini terjadi di pedesaan maupun perkotaan. Penduduk miskin desa, berkurang 11,92 ribu jiwa dan di perkotaan turun 1, 87 ribu jiwa.
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau lima tahun terakhir cenderung turun. Periode 2008- 2013, terdapat kecenderungan menurun dari 566,67 ribu jiwa pada tahun 2008 menjadi 469,28 ribu jiwa pada bulan Maret 2013. Secara relatif terjadi juga penurunan persentase penduduk miskin dari 10,63 persen pada tahun 2008 menjadi 7,72 persen pada bulan Maret 2013.
Distribusi persentase penduduk miskin di Riau pada Maret 2012, di pedesaan mencapai 69,33 persen. Sementara di perkotaan sebesar 30,67 persen. Pada tahun ini, distribusi bisa dikatakan tidak mengalami pergeseran yang berarti. Meskipun secara dominasi, kemiskinan tetap tinggi di pedesaan, namun secara persentase agak menurun. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun jadi 68,82 persen dan perkotaan mengalami mengalami kenaikan menjadi 31,18 persen. "Penurunan angka kemiskinan di Riau ini tidak terlepas juga dari angka inflasi kita yang cenderung lebih rendah dari nasional," katanya.
Selama periode Maret 2012-Maret 2013, Garis Kemiskinan (GK) juga naik sebesar 8,37 persen yaitu dari Rp 300.791 per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp 325.978 per kapita per bulan pada Maret 2013. Peran komoditas makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap GK pada Maret 2013 mencapai 74,05 persen. GKM Riau tahun 2013 adalah sebesar Rp 241.395 dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM) sebesar Rp 84.584.
Selain Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) periode Maret 2012-Maret 2013 juga mengalami peningkatan.
Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,17 pada Maret 2012 menjadi 1,18 Maret 2013. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,28 menjadi 0,30 periode yang sama. Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relatif mengalami peningkatan.
Bila dibandingkan antara pedesaan dan perkotaan, nilai indeks kedalaman kemiskinan pedesaan mengalami penurunan dari 1,32 Maret 2012 menjadi 1,20 Maret 2013. Sebaliknya, di perkotaan justru meningkat dari 0,92 Maret 2012 menjadi 1,15 Maret 2013 yang mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin pedesaan mendekati garis kemiskinan sedangkan rata-rata pengeluaran penduduk miskin perkotaan menjauh dari garis kemiskinan.
Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan pedesaan, mengalami penurunan dari 0,31 menjadi 0,29 Maret 2013 dan perkotaan mengalami kenaikan dari 0,24 menjadi 0,33 Maret 2013. Dari indeks tersebut ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di pedesaan mengalami penurunan dan perkotaan justru mengalamai kenaikan. (riz)