TRIBUNNEWS.COM – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan dukungan penuh terhadap optimalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Solo.
PLTSa Solo kini telah beroperasi sebagai sumber energi listrik alternatif sekaligus solusi permasalahan sampah di Kota Bengawan.
Manager PLN ULP Manahan Surakarta, Joko Purnomo, mengapresiasi kehadiran PLTSa Putri Cempo sebagai langkah pionir dalam memanfaatkan sampah menjadi energi.
“PLTSa Solo menjadi pionir yang bagus, yang mana sampah memang menjadi permasalahan di kota-kota di Indonesia,” ungkap Joko saat ditemui di kantornya, Selasa (13/8/2024) lalu.
Sejak Februari 2024, PLTSa Solo telah memasok listrik ke PLN dengan daya sekitar 1 MW.
PLN juga telah mendukung penyambungan listrik untuk operasional PLTSa menuju target maksimalnya.
“Kami berharap, PLTSa bisa optimal sesuai daya kontraknya yaitu 5 MW yang akan masuk ke PLN dan membantu kelistrikan di Kota Surakarta,” ujar Joko.
Ia juga berharap PLTSa seperti ini dapat dibangun di wilayah lain di Indonesia untuk mengatasi masalah sampah sekaligus mendukung kebutuhan listrik.
Baca juga: Prabowo Lanjutkan Program Hilirisasi Mineral, PLN Pastikan Siap Penuhi Listrik Bersih ke Smelter
Produksi dan Operasional PLTSa Putri Cempo Solo
PLTSa Putri Cempo di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, resmi beroperasi sejak 30 Oktober 2023 setelah mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan melalui proses pembangunan yang panjang selama tujuh tahun.
Setelah hampir sepuluh bulan berjalan, PLTSa Solo telah menghasilkan listrik yang dijual ke PLN.
Tim ahli PLTSa Putri Cempo, Prof. Prabang Setyono, menyampaikan bahwa kapasitas PLTSa ini mampu mengonversi 545 ton sampah kering menjadi 8 megawatt (MW) energi listrik per hari.
“Jika 545 ton sampah itu bisa dipenuhi, maka target menghasilkan 8 MW per hari bisa tercapai. 5 MW dijual ke PLN dan 3 MW untuk operasional PLTSa sendiri,” ungkap Prabang saat dijumpai pada Senin (12/8/2024).
Saat ini, PLTSa Putri Cempo mengolah sekitar 100 ton sampah per hari, sehingga baru mampu menghasilkan daya listrik sekitar 1 hingga 2 MW.
Prabang menjelaskan bahwa jika PLTSa beroperasi secara maksimal, maka kapasitasnya mampu memenuhi kebutuhan listrik bagi 5.000 rumah tangga.