TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, memberikan dampak buruk terhadap kelangsungan industri farmasi. Setidaknya hal ini dirasakan oleh Manajemen PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan KLBF Vidjongtius mengungkapkan, depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang terjadi saat ini, akan berdampak pada keuangan perseroan pada tiga hingga empat bulan ke depan.
Hal ini lantaran, bahan baku pembuatan obat yang diproduksi KLBF mayoritas berasal dari luar negeri alias impor. Hal ini jelas akan mempengaruhi keuangan perseroan. Saat ini, cadangan bahan baku KLBF masih terbilang banyak. Perseroan juga mempunyai stok mata uang dollar AS, sehingga KLBF masih belum terpengaruh saat ini.
"Pergerakan nilai rupiah yang saat ini masih fluktuatif, belum begitu mengganggu perseroan. Mungkin dalam waktu tiga atau empat bulan ke depan," kata Vidjongtius di Jakarta, Kamis (25/).
Vidjongtius berharap, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dapat lebih menguat, tidak melemah lebih dalam melebihi level 10.000 agar pengeluaran belanja untuk bahan baku farmasi tidak membengkak. Perseroan meyakini, kondisi ekonomi makro Indonesia dapat lebih baik.
"Kami terus memantau pergerakan rupiah. Kami yakin kinerja bisnis perseroan masih bisa berjalan dengan baik. Semoga setelah Lebaran situasi mulai tenang dan rupiah bisa lebih baik. Atau, kalau pun nilai tukarnya berada di level 10.000, kondisi ini bisa berlangsung stagnan tanpa fluktuasi rupiah melemah lebih dalam. Karena industri farmasi bisa lebih nyaman jika nilai tukar tidak fluktuatif," ujar Vidjongtius.(Dea Chadizah Syafina)