TRIBUNNEWS.COM JAKARTA. Dana asing perlahan kembali membanjiri pasar modal Indonesia. Data Bursa Efek Indonesia (BEI), mengungkapkan, di sepanjang tahun ini investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell sebanyak Rp 3,39 triliun.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan, optimistis, dana asing akan kembali ke pasar saham Indonesia menyusul masih prospektifnya investasi di dalam negeri.
Menurut dia, investor asing sedang mengalihkan dananya dari pasar saham ke investasi bentuk lain. Hal ini didorong oleh ekspektasi inflasi yang meningkat akibat dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Catatan saja, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju inflasi Juli 2013 mencapai 3,29%, sehingga inflasi tahunan (year on year) 8,61% dan inflasi tahun kalender 6,75%.
Karena itu, menurut Haryajid, pelaku pasar asing saat ini masih mengambil posisi wait and see, hingga usai Hari Raya Idul Fitri sambil mencermati kinerja emiten Indonesia pada semester I 2013.
"Alasan investor memindahkan portofolio investasinya dari pasar saham hanya bersifat sementara. Jika nantiĀ laju inflasi dan kurs rupiah mulai stabil, maka dana investor asing akan kembali masuk ke pasar modal Indonesia," kata Haryajid.
Hal senada diungkapkan analis PT e-Trading Securities Andrew Argado. Menurutnya, dana investor asing yang sedang keluar dari pasar modal Indonesia akan kembali lagi dalam waktu dekat. "Keluarnya dana investor asing hanya bersifat sementara dan hanya mengakumulasi keuntungan investasinya saja," kata Andrew.
Andrew menambahkan, dana investor asing yang disimpan di pasar Surat Utang Negara (SUN) masih cukup banyak. Seperti diketahui tingkat bunga atau yield pasar SUN saat ini mengalami peningkatan. Namun, menurut Andrew, hal itu masih dalam level stabil.
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menimpali, jika melihat berdasarkan nilai transaksi di pasar reguler BEI, maka sebenarnya investor asing sudah mulai kembali masuk ke pasar modal Indonesia, meski dalam jumlah terbatas.
Disisi lain, keputusan Bank Indonesia menaikkan BI rate untuk meredam gejolak rupiah dinilai kurang berhasil. Sebab, faktanya, rupiah masih menembus level psikologis di atas Rp 10.000 per dollar Amerika Serikat.
"Karena itu, investor asing sedang menunggu titik dasar pelemahan nilai tukar rupiah sebelum memutuskan untuk kembali masuk ke pasar modal Indonesia," ujar Satrio.(KONTAN/Dea Chadiza Syafina )