News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ini Analisa John Rahmat Soal IHSG

Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Layar menunjukkan pergerakan perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/8/2013). Indeks harga saham gabungan turun 4,28 persen ke level 4.128,83 pada akhir sesi perdagangan sesi pertama. (Kompas/Heru Sri Kumoro)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - John Daniel Rahmat, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas jauh-jauh hari sudah memberi warning ihwal penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat itu, Ia memprediksi indeks akan ditutup melemah hingga akhir tahun nanti. Bila banyak analis memprediksi indeks ditutup pada level 5.000, John menengarahi indeks ditutup pada level 4.200.

Bahkan, level tersebut merupakan hasil revisi setelah pemerintah memberikan kepastian atas naiknya harga bahan bakar minyak. Sebelum kepastian tersebut diambil, John memprediksi jika IHSG bakal ditutup pada level 4.000.

Bagi John, penurunan indeks tersebut perlu mewaspadai tiga hal. Yakni, posisi rupiah yang sudah menyentuh level yang dipandang 'murah' oleh pasar, IHSG sudah menyentuh level yang dipandang 'murah' oleh pasar, dan kekhawatiran pasar tentang QE tapering The Fed sudah menyusut.

"Jika tiga kondisi ini tercapai barulah tekanan jual akan hilang," ujarnya, Selasa (20/8/2013).

Jika mengacu pada hal tersebut, tentunya tidak ada yang bisa memprediksi secara pasti hingga kapan tekanan tersebut bakal terjadi. Oleh karena itu, John mengimbau para investor untuk menjauhi bursa saham selama tiga parameter itu belum tercapai.

Tapi, jika salah satu saja dari tiga parameter itu sudah tercapai, maka itu merupakan waktu yang tepat bagi para investor untuk kembali masuk ke pasar saham. Soalnya, saat ini sudah tervaluasi murah sehingga bisa memperoleh saham-saham bagus dengan harga yang murah.

Sementara bagi regulator, John memberi masukan seharusnya mereka mempublikasikan data yang menenangkan pasar. Soalnya, salah satu kekhawatiran utama di bursa saham adalah resiko terjadinya fund outflow dari pasar obligasi.

Selama ini, data kepemilikan investor asing di SUN digabungkan menjadi satu sehingga pasar tidak dapat lagi membedakan apa yang sebenarnya terjadi di pasar obligasi. Padahal, tadinya data tersebut dibedakan antara investor institusi asing dan investor regulator asing (contohnya, bank sentral asing).

"Apabila detail dari data ini kembali dipublikasikan, dan pasar dapat melihat bahwa kemungkinan terjadinya fund outflow dari pasar obligasi sudah menyusut, maka hal ini akan sangat membantu menenangkan bursa saham," jelas John.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini