TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga hunian perumahan tidak melambung secara tinggi sebagai akibat dari kenaikan Dollar AS dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu silam. Kenaikan harga justru terjadi karena adanya penambahan fasilitas atau permintaan (demand) yang terus menaik.
Menurut Pantauan Tribun, Sabtu (24/8/2013) dalam Gelaran Indonesia Property Expo di JCC Senayan, Jakarta Pusat. Tampak bahwa hunian perumahan berharga dari Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar, tidak alami kenaikan khusus. Namun setiap bulan mereka alami kenaikan harga.
Andri Sulaemen, marketing pengembang Sentul City, menjelaskan bahwa harga hunian di Sentul City dengan range harga Rp 700 juta sampai dengan Rp 1,2 miliar selalu mengalami kenaikan sebesar 5 hingga 10 persen. Kenaikan ini dialami setiap bulannya.
"Kenaikan biasa dialami karena memang fasilitas naik dan harga tanah memang terus naik jadi bukan semata-mata karena kurs rupiah atau BBM," katanya di JCC, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Fasilitas yang dimaksud adalah penambahan fasilitas sekolah. Fasilitas umum dan tempat rekreasi yang beradi di hunian perumahan. Khusus untuk Sentul City ada fasilitas Central Buisness District (CBD) dan Jungleland sebagai wahana hiburan outdoor yang memiliki 40 wahana.
Adapun mengenai pengaruh dollar AS terhadap komponen bahan baku tidak terlalu banyak berpengaruh. Hal ini karena produk lokal sudah menghuni mayoritas produk perumahan yang berharga Rp 700 hingga Rp 1,2 miliar itu. Bahkan bahan baku impor di Sentul City hanya dimiliki Santorini Residance dengan harga berkisar Rp 5 hingga Rp 20 miliar.
"Itu pun hanya marmernya saja yang dari swiss kalau yang pintunya sudah alumunium, batanya juga dari lokal jadi udah kebanyakan lokal semua," katanya.
Andri menjelaskan kenaikan memang selalu konstan sehingga tidak otomatis terjadi kerena pelemahan mata uang rupiah. Pada umumnya pengembang sudah tidak perlu risau dengan kenaikan yang dialami hunian perumahaan dengan range sebesar 5 hingga 10 persen per bulannya.
"Ini saja sudah naik tiap bulan, jadi kenapa mesti ada kenaikan secara khusus," katanya.
Pengembang lainnya seperti Metland juga tidak alami kenaikan harga karena pelemahan mata uang rupiah. Eti, marketing di pengembang Metland, menjelaskan harga perumahan Metland selalu alami kenaikan sebesar 5-10 persen per bulan. Dampak pelemahan rupiah juga tidak berimbas langsung kepada harga huniannya yang terletak di Cileungsi itu.
"Tidak ada kenaikan khusus karena rupiah melemah tetapi kita naik seperti biasa saja berkisar diantara 5-10 persen per bulan khusus untuk Tipe Fortune yang berluas bangunan 69 m dan luas tanah 107 m dengan harga awal Rp 515 juta, selama 3 bulan sudah naik menjadi 568 juta," katanya.