TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bisnis peternakan sepi peminat. Meski harga daging sapi dan ayam terus melambung, bisnis di sektor ini belum banyak dilirik. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi nilai investasi peternakan selama semester pertama tahun ini hanya 1,86 persen-2,62 persen dari total nilai investasi pertanian.
Di semester pertama tahun ini, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor pertanian tercatat Rp 32,06 triliun. Dari jumlah tersebut, realisasi PMDN untuk peternakan hanya sebanyak Rp 839,5 miliar.
Demikian pula penanaman modal asing (PMA). Investasi PMA di sektor peternakan hanya 73,2 juta dolar AS dari total nilai investasi pertanian 3,92 miliar dolar AS.
Ada beberapa alasan terkait dengan rendahnya realisasi investasi peternakan. Pertama, peta daerah tujuan investasi tidak tersedia. Belum lagi, lahan peternakan sering berbenturan dengan lahan untuk pemanfaatan tujuan lain, misalnya pertanian dan perkebunan. "Investor peternakan kesulitan lantaran undang-undang yang menghambat perolehan lahan," ujar Prabowo Respatiyo Caturroso, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi, Kementerian Pertanian (Kemtan), kemarin.
Prabowo tidak menjelaskan secara rinci benturan aturan pemanfaatan lahan yang dimaksud. Tetapi tampaknya ia merujuk ke sejumlah undang-undang (UU) terkait antara lain UU Nomor 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, UU Nomor 7/1996 tentang Pangan, UU Nomor 18/2004 tentang Perkebunan dan UU Nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang.
Teguh Boediyana, Ketua Persatuan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengakui, investasi pembibitan sapi bukanlah jenis yang menguntungkan pengusaha, terutama investasi pembibitan sapi perah. "Belum ada perusahaan komersial yang khusus terjun ke pembibitan sapi perah," kata Teguh.
Bagi peternak yang ingin investasi di sektor pembibitan juga sering terkendala modal. Selama ini, usaha pembibitan sapi lebih banyak dilakukan untuk peternakan rakyat. Sedangkan feedloter tidak terlalu banyak yang terjun ke usaha bisnis pembibitan sapi.
Investasi pembibitan sapi ini cukup penting untuk mendukung program swasembada daging nasional. Menurut Teguh, pemerintah lebih memperhatikan sektor hilir peternakan daripada hulu.
Buktinya, program Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) yang menyediakan anggaran sekitar Rp 200 miliar-Rp 300 miliar untuk subsidi bunga pinjaman pembiayaan pembibitan peternakan, hanya terserap kurang dari 12%. "Kalau niat swasembada, aspek-aspek breeding harus diperhatikan," katanya.