TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tiga gedung perkantoran di kawasan bisnis Jakarta akan dihancurkan tahun 2014 mendatang. Dua di antara tiga gedung yang akan dihancurkan tersebut, berada di koridor bisnis Sudirman, Jakarta Pusat. Sementara satu gedung lainnya, berada di koridor bisnis HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Menurut Bagus Adikusumo, Director Office Services Colliers International Indonesia, penghancuran tersebut sebagai bentuk respon pemilik gedung atas lonjakan kebutuhan yang diiringi dengan tingginya tingkat hunian dan melesatnya harga sewa.
Sejak 2010, harga sewa mulai menanjak yang kemudian berlanjut pada 2011-2012 hingga menyentuh level 40 dolar AS (Rp 457.664)-50 dolar AS (Rp 572.080) per meter persegi per bulan, di luar biaya servis. Pencapaian ini merupakan rekor tertinggi sejak sebelum krisis 1997, yang saat itu hanya sanggup menembus angka 25 dolar AS (Rp 286.040) per meter persegi per bulan di luar biaya servis.
Sementara tingkat hunian saat ini rerata mencapai 97 persen di kawasan bisnis terpadu (Central Business District/CBD) Jakarta dan 88 persen di kawasan non CBD.
"Para pemilik tiga gedung tersebut sudah menikmati pendapatan sekaligus profitnya sejak lama dan tidak memiliki utang. Nah, ketika sektor perkantoran booming, seperti saat ini, mereka ingin memaksimalkan aset yang ada dengan menghancurkan dan membangunnya kembali menjadi gedung berkapasitas lebih besar," papar Bagus di Jakarta, Selasa (8/10/2013).
Untuk diketahui, lanjut Bagus, ketiga pemilik gedung tersebut juga akan memanfaatkan izin membangun gedung perkantoran dengan kapasitas lebih besar. Mereka telah mengantongi izin sejak era Gubernur Fauzi Bowo yang meningkatkan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dari 5 menjadi 9-10 di kawasan Sudirman. Sementara di kawasan HR Rasuna Said berubah dari 4 menjadi 7.
Khusus untuk gedung perkantoran yang berada di HR Rasuna Said, yakni Graha Surya Internusa, akan diperluas dari sebelumnya 20.000 meter persegi menjadi 80.000 meter persegi. PT Surya Semesta Internusa Tbk, selaku pengembangnya, dalam paparan publik pertengahan April 2013, telah memperkirakan biaya konstruksi sebesar Rp 1,5 triliun-Rp 1,8 triliun.
Surya Semesta Internusa akan memulai pembangunan pada Januari 2014. Pembaruan gedung tersebut juga bertujuan untuk mengubah status dari grade B menjadi grade A, setelah perluasan tuntas.
Dengan perubahan status gedung, harga sewa diperkirakan bakal melesat menjadi 17 dolar AS (Rp 194.507)- 18 dolar AS (Rp 205.949) per meter persegi per bulan, dari sebelumnya hanya 10 dolar AS (Rp 114.416) per meter persegi per bulan di luar biaya servis.
Menurut Bagus, ke depan, tidak hanya tiga gedung tersebut yang dirobohkan. Beberapa gedung yang sudah berusia di atas 20 atau 30 tahun dan telah mendatangkan profit maksimal, akan mengalami hal serupa. (Kompas.com)