TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pergerakan rupiah cenderung melemah belakangan ini. Jika rupiah terus melemah maka instrumen moneter seperti menaikan kembali BI rate bisa saja dilakukan pemerintah.
Chief Economist CIMB Niaga Winang Budoyo, menuturkan upaya stabilisasi itu bisa saja diambil Bank Indonesia (BI). Dengan melihat bahwa pemerintah akan mengerem pertumbuhan maka hal itu bisa diambil pemerintah.
"BI kan punya waktu meeting dua kali lagi. Masih ada kemungkinan naik lagi. Mungkin sekali lagi apalagi rupiah kan terus melemah.Kan sekarang 7,25 persen Mentok naik sampai 7,5 persen ruang itu masih terbuka," katanya di Jakarta, Jumat (11/10/2013)
Winang memandang, bila BI kembali menaikkan BI Rate, maka kebijakan itu bukan semata-mata melihat kepada stabilnya indikator-indikator perekonomian Indonesia. Namun lebih kepada melihat seperti tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah.
"Memang masih ada ruang. Saya melihatnya ditahan 7,5 persen. Karena rupiahnya anjlok apalagi inflasi menjelang tahun baru dan Natal kan biasanya tinggi", jelas Winang.
Winang melihat, sekarang ini tingkat inflasi sudah mengalami penurunan, dan ke depan ada trend yang membuat tingkat inflasi cenderung stabil dan berada dalam level yang sesuai dengan perkiraan BI.
"September kan sudah menurun meskipun nanti di Desember bisa melonjak ke 9 persen, tetapi tahun depan saya perkirakan akan menurun seiring dengan kebijakan pemerintah yang mencoba mencapai titik equilibirum baru," katanya.