News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BI Rate Naik, Saham Perbankan Longsor

Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas pegawai di sekitar layar yang menunjukkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2013). Mulai 1 Desember 2013, BEI menurunkan jumlah satuan lot saham dari 500 saham menjadi 100 saham. Kebijakan ini diharapkan akan menarik lebih banyak investor berinvestasi di pasar saham. KOMPAS/HERU SRI KUMORO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  -- Bank Indonesia (BI) resmi menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 persen dari sebelumnya 7,25 persen. Selain itu deposit facility rate juga naik 0,25 persen ke 5,75 persen dari sebelumnya 5,5 persen.

Reza Priyambada, Analis Trust Securities menuturkan bahwa saham-saham properti dan perbankan diperkirakan akan terkena dampak negatif atas kenaikan BI Rate yang diumumkan pada hari ini.

"Bisa dilihat, sejak kemarin sebelum diumumkan BI Rate saham-saham properti dan perbankan turun, dengan naiknya BI Rate dipastikan saham-saham properti dan perbankan akan terjun bebas." terang Reza kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/11/2013).

Pada hari ini  IHSG ditutup di zona merah dengan turun 61,084 bps atau 1,38 persen ke 4380,64. Tampak beberapa emiten bank yang memerah diantaranya adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun.

BMRI turun 300 bps atau 3,75 persen ke 7700. BBRI turun 300 bps atau 3,80 persen ke 7000. Dan BBCA turun 200 bps atau 1,95 persen  ke 10050.

Sedangkan saham-saham properti juga turun kembali pada perdagangan hari ini (12/11). PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), emiten properti grup lippo, turun dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga turun. LPKR turun 40 bps atau 3,88 persen ke 990. CTRA turun 30 bps atau 3,45 persen ke 840.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini