TRIBUNNEWS.COM - ENAM orang dengan beragam profesi, mulai dari pekerja alat berat hingga pramugari terpilih menjadi finalis ajang Diplomat Success Challenge 2013 untuk memperebutkan hadiah total Rp 1 miliar. Keenam grand finalis mendapat gelar Challenger ini menjalani babak grand final di Jakarta, 13-14 November 2013.
Keenam challenger terpilih berasal dari region yang berbeda-beda serta datang dengan berbagai ide bisnis yang beragam.
Mereka adalah Roni asal Padang dengan judul proposal “Peningkatan Nilai Tambah Gambier Hitam Sebagai Komoditas Ekspor”. Ide bisnis ini lahir dari keprihatinan Roni akan minimnya pengetahuan petani gambier akan kontrol mutu sehingga harga jualnya selalu didikte para pembeli luar negeri.
Mansur, Challenger asal Jakarta mengusung proposal dengan judul "Peningkatan Kandungan Lokal pada Industri Alat Berat. Pria yang bekerja di bagian alat berat ini ingin mendirikan usaha manufaktur yang menggunakan sumber daya dalam negeri sebagai pendukung industri alat berat melalui lokalisasi komponen import.
Challenger dari Sukoharjo, Jawa Tengah, Machmud Lutfi Huzain menawarkan “Spirulina Sebagai Suplemen Makanan”. Kepekaan Machmud melihat kebutuhan masyarakat akan makanan yang benar-benar menyehatkan membuatnya berkeinginan untuk mengembangkan usaha produksi spirulina yang telah dirintisnya.
Berbeda dengan Machmud, ide bisnis Reny Sukmasari, Challenger asal Yogyakarta lahir dari keprihatinan akan kurangnya pemanfaatan dan pengelolaan cokelat di Indonesia.
Bagi Reny yang berprofesi sebagai pramugari maskapai penerbangan Garuda ini, dilatarbelakangi keprihatinan mengingat Indonesia adalah produsen cokelat terbesar ketiga di dunia. Ia hadir dengan proposal berjudul “Cokelat Joyo, Oleh-oleh dari Jogja”
Ide segar lainnya datang dari Priyandaru Agung Eko Trapsilo, Challenger asal Malang dengan proposal berjudul “Pelet Aquative”.
Ia mencoba memanfaatkan limbah pasar untuk membuat pakan ikan berkualitas dengan nilai gizi yang bersaing dengan pangan komersil. Ide ini ditawarkannya agar para petani ikan dapat menekan biaya produksi hingga 60% sehingga biaya pakan tidak lagi memberatkan para petani ikan.
Diah Lestari yang menjadi salah satu Challenger DSC 2013 dengan proposal berjudul “Savour French Crepes”. Peserta asal Singapura ini datang dengan ide bisnis menarik di bidang kuliner.
Berbekal pengalamannya menjadi seorang juru masak dengan orang Perancis selama enam tahun, ia bertekad untuk membuka usaha crepes di Bali.
“Malam ini setelah melewati berbagai tahapan seleksi untuk menguji ketahanan mental, meningkatkan hubungan antar personal dan pembekalan materi, mereka akan menghadapi babak grand final dan juga dipersiapkan untuk menjalankan ide bisnisnya setelah pelaksanaan DSC 2013," kata Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC 2013 di Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Surjanto menambahkan, dirinya berharap program ini dapat mendorong wirausaha di Indonesia tumbuh menjadi 2,5% dari total populasi penduduk Indonesia di tahun 2014 sesuai dengan target pemerintah.
"DSC berupaya untuk dapat meningkatkan jumlah wirausahawan Indonesia untuk mendukung perekonomian bangsa serta mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia,” tutup Surjanto. (Eko Sutriyanto)