TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dirilisnya kenaikan pertumbuhan ekonomi AS seolah makin membuat nilai tukar rupiah terpuruk. Rupiah semakin menjauhi kenyataan untuk bermukim di Rp 12.000 per dollar AS.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, menuturkan sentimen berasal dari kenaikan tidak terduga ekonomi AS menjadi 4,1 persen dari rilis sebelumnya 2,5 persen dan estimasi para analis di 3,6 persen. Data ini langsung memberikan amunisi kuat bagi pasar untuk menimbun dollar AS.
Rupiah pun terus menurun ke Rp 12.246 per dollar AS pada penutupan kemarin (23/12/2013) dari sebelumnya pada level Rp 12.245 per dollar AS. Pelemahan ini menandakan bahwa permintaan dollar AS yang terus menguat.
"No hope for Rupiah for a while (sementara tak ada harapan bagi rupiah). Mungkin itu adalah kata-kata sementara ini yang dapat kami gambarkan untuk laju rupiah saat ini hingga akhir tahun," kata Reza, di Jakarta, Selasa (24/12/2013).
Meski di akhir pekan kemarin, BI mengumumkan bahwa pertumbuhan utang luar negeri terus melambat pada Oktober 2013 yang mencapai 262,4 miliar dollar AS juga tidak membuat laju
Rupiah kian membaik.
Padahal laju dollar AS sempat melemah terhadap Yen seiring aksi ambil untung terhadap dollar AS jelang akhir tahun namun, juga tidak terlalu dapat memberikan sentimen positif bagi Rupiah.
Pada hari ini (24/12), ia memperkirakan Laju Rupiah di atas targetĀ support Rp12.260 atau bergerak dalam rentang Rp12.260-12.238 (kurs tengah BI).