TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Kabupaten Bandung ditunjuk pemerintah pusat sebagai daerah pengembangan budidaya jamur tingkat nasional. Jamur merupakan pengganti gizi hewani yang bisa dikembangkan serta mudah dijangkau masyarakat.
Bupati Bandung, Dadang Naser mengatakan, beberapa waktu lalu, Pemkab telah menandatangani kesepakatan bersama Kemenristek, Kementan, BPPT, dan LIPI yang semua bertujuan untuk meningkatkan salah satu komoditas yang selama ini belum dimaksimalkan tersebut.
"Jamur itu memang tengah diproyeksikan sebagai pengganti gizi hewani. Apalagi harganya sangat terjangkau masyarakat. Nanti kami akan meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya makan jamur kepada masyarakat," kata Dadang di Soreang, Jumat (3/1/2013).
Saat ini sejumlah Kecamatan di Kabupaten Bandung telah lebih dulu menjadikan jamur sebagai tanaman produksinya. Seperti di Kecamatan Cimaung, Ibun, Ciparay, Banjaran, dan Soreang. Pihaknya akan membuat percontohan penanaman jamur. Agar masyarakat mau menanam jamur.
"Untuk Kemenristek, BPPT dan LIPI nantinya akan fokus pada penelitian peningkatan kualitas bibit jamurnya. Sedangkan Kementan dan Pemkab Bandung akan menangani dalam hal pascapanen atau menjaga kualitas produk," ujarnya.
Pemkab berencana mengirimkan sejumlah petani jamur ke negeri ginseng untuk belajar menanam jamur. Di Korea Selatan jamur yang dihasilkan berkualitas baik dan menjadi komoditas bisnis.
"Di Korea ada 200 varietas jamur. Jadi nanti akan kita kirimkan orang ke sana untuk belajar. Untuk Indonesia lebih banyak lagi jenis jamur yang dihasilkan. Sehingga kami berkeinginan untuk mengembangkan jamur yang ada. Budidaya jamur ini sangat menjanjikan. Bahkan ada jamur yang dihargai hingga Rp 500.000 per kilogramnya," ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung, Nono Sambas mengimbau para petani yang memiliki lahan terbatas untuk melakukan diversifikasi tanaman selain padi. Petani yang memiliki lahan kurang dari tiga hektar sebaiknya mengganti jenis tanamannya dari padi ke sejumlah komoditi yang bisa meningkatkan sumber pendapatan petani.
"Salah satu komoditas yang cocok untuk dijadikan andalan bagi para petani itu jamur. Apalagi, kondisi tanah dan alam di Kabupaten Bandung sangat mendukung," kata Nono.
Diversifikasi tanaman harus segera dilakukan petani. Berdasarkan hasil pengamatannya, petani yang memiliki lahan kurang dari tiga hektar akan sulit meningkatkan kehidupan ekonominya. Meski begitu, Nono mengingatkan agar Pemkab mendampingi petani dalam mengembangkan jamur termasuk ketersedian pasokan dan stabilitas harga.
"Pemkab juga harus siap jika akan mengembangkan tanaman ini. Jangan sampai saat stok sedikit harganya mahal. Sedangkan saat stok banyak harganya anjlok. Itu akan merugikan para petani. Jadi dari sisi penjualannya pun harus diperhatikan. Jangan pengembangannya saja," ujarnya.
Para petani pun harus berkomitmen dalam komunitasnya untuk pengembangan jamur. Agar memudahkan mereka saat menghadapi persoalan. Seperti kekurangan stok dan masalah distribusinya. (aa)