TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo menjelaskan di awal tahun 2014 Indonesia mengalami musibah bencana berupa erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, banjir bandang di Manado Sulawesi Utara, serta banjir besar yang menimpa kawasan Pantura Jawa, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Musibah tersebut membawa dampak kerugian cukup besar terhadap kegiatan perikanan khususnya perikanan budidaya.
"Kerusakan terbesar yang di alami petambak dikarenakan rusaknya infrastruktur tambak," ujar Sharif dalam siaran persnya, Senin (24/2/2014).
Sharif menjelaskan kerusakan yang terjadi termasuk saluran irigasi, konstruksi tambak maupun jalan produksi di sentra produksi. Selain itu kerusakan menyebabkan gagal panen akibat hanyutnya benih maupun ikan dan udang dari tambak maupun kolam.
Untuk itu, selain infrastruktur tambak, KKP juga memberikan paket bantuan sarana produksi yaitu benih udang dan ikan. Bantuan modal kerja bagi korban banjir sangat membantu nelayan dan petambak untuk keluar dari kesulitan.
Apalagi, masa pemulihan pasca bencana, terutama pemulihan kemampuan ekonomi setelah sumber mata pencariannya terganggu banjir, sangat membutuhkan modal.
"Saya berharap paket bantuan sarana produksi yaitu benih udang dan ikan yang diberikan ini jangan dilihat dari besar atau kecil nilai rupiah atau nilai barangnya, tetapi lebih daripada itu adalah nilai sosialnya," ungkap Sharif.
Berdasarkan data sementara dari 6 provinsi yang terkena bencana, total kerugian akibat musibah bencana tersebut sebesar Rp 587 miliar. Rinciannya, Banten mengalami kerugian Rp 2,9 miliar, Jawa Barat Rp 432,4 miliar, Jawa tengah Rp 128,6 miliar dan propvinsi Jawa Timur Rp 10,2 miliar.
Sedangkan akibat bencana Gunung Sinabung, kerusakan tambak di Sumatera Utara dinilai mencapai Rp 9,2 milyar serta bencana banjir bandang di Sulawesi Utara merugikan hingga Rp 3,6 miliar.