TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenprin) RI menyatakan kesiapannya mendukung pembangunan industri hilir sabut kelapa guna memperkuat fondasi industri hulu yang sedang berkembang saat ini.
Kesiapan itu dibuktikan dengan penyaluran bantuan fasilitas mesin pengolahan sabut kelapa ke masyarakat Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Riau, Lampung dan Sumatera Selatan dalam dua tahun terakhir.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Ketua Umum Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Efli Ramli dengan Direktur IKM Wilayah I Kemenperin, Reisend Emil Panjaitan di kantor Direktorat Jenderal IKM Kemenperin, Jakarta, Jumat (14/3/2014).
“Kemenperin menyatakan keseriusannya mengembangkan industri hilir sabut kelapa Indonesia. Namun, fondasi industri hulu harus diperkuat terlebih dahulu,” jelas Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari dalam keterangan persnya yang diterima Tribunnews.com, Jumat (14/3/2014).
Menurut Ady, pembangunan industri hulu yang berbasis pemanfaatan sumber daya alam (SDA) lokal sebagai bahan bakunya akan berjalan pincang, jika tidak diimbangi dengan pembangunan industri hilirnya.
“Karena itu, kita terus menjalin komunikasi dengan Direktorat Jenderal IKM Kemenperin agar industri sabut kelapa ini tidak berjalan pincang. Anda bisa bayangkan, 95 persen produk sabut kelapa Indonesia diekspor dalam bentuk raw material,” ungkapnya.
Ady mengakui, hingga saat ini, industri sabut kelapa Indonesia masih sangat bergantung pada pasar ekspor raw material. Padahal, jika industri hilirnya digerakkan, maka fondasi industri hulunya akan semakin kuat dan memberi andil pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani kelapa.
“Kita harus banyak belajar dengan Srilanka dan India. Kedua negara ini sukses merajai pasar ekspor raw material dan bahan jadi sabut kelapa. Mereka tidak terpengaruh dengan gonjang-ganjing harga pasar ekspor raw material karena industri hilirnya sudah diperkuat,” katanya.
Indonesia meski sebagai pemilik lahan kebun kelapa terluas di dunia dengan luas 3,8 juta hektare dengan produksi buah kelapa mencapai 15 miliar butir per tahun, namun masih jauh tertinggal dari Srilanka dan India dalam hal pemanfaatan sabut kelapanya.
“Ekspor sabut kelapa Indonesia masih di bawah 10 persen kebutuhan dunia. Padahal, Srilanka yang hanya memiliki lahan kebun kelapa seluas 0,4 juta hektare dan India seluas 1,9 juta hektare mampu memasok di atas 80 persen kebutuhan sabut kelapa dunia,” tambah Ady.
Produk unggulan yang patut ditiru dari keberhasilan Srilanka dan India dalam hal pemanfaatan sabut kelapanya, seperti spring bed, matras, bantal, jok mobil, jok motor, karpet, tali, jaring, keset kaki, dan media tanam.
Kemenperin Siapkan Pengembangan Industri Hilir Sabut Kelapa
Penulis: Hendra Gunawan
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger