News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemerintah Ikhlas Merpati Dibawa ke Tiongkok

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pejabat TNI AU berdiri di samping MA-60 Merpati Nusantara Airlines pesawat setelah mendarat di bandara El Tari Kupang Senin (10/6/2013) . Pesawat buatan Cina MA-60 yang dioperasikan Merpati Airlines mengalami kecelakaan saat mendarat di landasan pacu bandara El Kupang, Timor Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk menghidupkan kembali PT Merpati Nusantara Airlines, pemerintah mengikhlaskan jika investor yang ingin menyuntik dananya berasal dari luar negeri. Seperti diketehui, Tiongkok dan Rusia memang berminat untuk membantu restrukturisasi maskapai pelat merah tersebut.

Wahyu Hidayat, Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN, mengungkapkan pemerintah rela Merpati dibawa oleh Tiongkok dan Rusia, jika tujuannya untuk membangun kembali Merpati.

"Mau kerjasama dengan Merpati silakan. Bawa pesawat silakan. Bentuknya kerjasamanya apa saja terserah," ujar Wahyu di kantor pusat PT Pertamina, Kamis (10/4/2014).

Kementerian BUMN pun tak menargetkan khusus sebuah hasil dari kerjasama antara Tiongkok atau Rusia, sebab dua negara itu baru melakukan penawaran awal. "Nggak tahu belum datang lagi. Nggak ada targetnya," jelas Wahyu.

Pemerintah pun tak ingin memberikan suntikan dana lagi ke Merpati. Merpati harus mencari perusahaan baik swasta, asing, atau BUMN untuk bisa melakukan Kerja Sama Operasi (KSO).

"Yang jelas pemerintah nggak mau menginjeksi dana lagi," ungkap Wahyu.

Seperti diketahui, Sukhoi, perusahaan pembuat pesawat tempur militer asal Rusia, tertarik membantu PT Merpati Nusantara Airlines untuk kembali terbang.

"Rusia mau pesawat MA 60 dioperasikan dengan baik dan secara operasional akan didukung oleh Sukhoi," ujar Wahyu.

Kementerian BUMN tak keberatan jika Sukhoi akan bekerjasama dengan Merpati. Sebab, kerjasama dengan pihak lain adalah hal yang paling dibutuhkan untuk Merpati jika ingin terbang. "Ya kerja sama dengan pihak lain itu yang paling ideal," ungkap Wahyu.

Wahyu pun mengaku meski akhirnya Sukhoi akan mendapat keuntungan lebih banyak dibanding Merpati, namun hal itu tak jadi masalah. Selama Merpati bisa beroperasi dengan baik, swasta ataupun investor asing dipersilahkan memberikan penawaran.

"Meski kerjasamanya dengan posisi tawar rendah, hal itu lebih baik," papar Wahyu.

Selain Sukhoi, produsen pesawat, Xian Aircraft Industrial Corporation asal Tiongkok juga tertarik menyelesaikan masalah yang dihadapi Merpati.

Xi'an sudah mengirim surat resmi kepada Kementerian BUMN. Demikian juga Sukhoi sudah menyatakan berminat ikut membenahi Merpati. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini