TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah mampu berbalik menguat di akhir pekan seiring mulai melemahnya laju dolar Amerika Serikat di tengah kekhawatiran baru pasar atas Ukraina dan penurunan data makro ekonomi Negeri Om Sam.
Rupiah pada penutupan pekan kemarin berada pada Rp11.601 per dolar AS. Rupiah menguat setelah sebelumnya berada pada Rp11.608 per dolar AS (kurs tengah Bank Indonesia).
Kepala riset Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan hal ini lantaran jumlah warga AS yang mengajukan klaim pengangguran bertambah. Alhasil, kondisi itu memberikan tekanan pada dolar AS selain karena meningkatnya ketegangan atas Ukraina.
"Selain itu, adanya ketegangan tersebut membuat yen mengalami peningkatan permintaan untuk aset-aset safe haven sehingga terapresiasi," katanya di Jakarta, Senin (28/4/2014).
Sementara itu, euro berada di bawah tekanan karena Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi, menunjukkan bahwa ECB mungkin menerapkan stimulus moneter lebih besar untuk meningkatkan perekonomian jika inflasi tetap rendah.