TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah kelesuan bisnis pertambangan tahun ini, PT United Tractors Tbk seakan mendapat durian runtuh, menyusul pernyataan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, pekan lalu. Wagub bilang, PT Transjakarta akan memakai bus Scania. Nah, distributor tunggal produk ini adalah United Tractors.
Tak sekadar terdorong pernyataan orang nomor dua di Jakarta tersebut, United Tractors mengaku sudah mendaftarkan bus merek Scania ke dalam tender e-catalog yang digelar Pemerintah Provinsi Jakarta. "Kami ingin fokus di Scania dan tak menutup kemungkinan nanti ini akan dijadikan transportasi publik," ujar Sara K. Loebis, Sekretaris United Tractors, kepada KONTAN, pekan lalu.
Sayang, Sara belum mau berbagi detail informasi, baik dari sisi volume mapun nilai tender yang diajukan. Hanya, Basuki sempat menuturkan, harga satu unit bus Scania adalah Rp 5,8 miliar.
Sara mengakui prospek penjualan moda transportasi umum masih cerah. Tak heran, United Tractors mengungkap, tahun ini perusahaan berencana menggelar aneka promosi, meskipun prestasi penjualan Scania selama ini belum ciamik – masih di bawah 100 unit dalam setahun.
Mungkin dengan alasan penjualan yang belum banyak tersebut, perusahaan ini belum ingin membuka diler khusus Scania. "Memang tak ada diler. Kami cukup lewat cabang United Tractors dan ini juga berlaku pada truk dan bus," kata Sara.
Sekadar informasi, United Tractors memiliki tiga lini bisnis utama, yakni penjualan mesin produksi, pertambangan, dan kontraktor penambangan. Nah, Scania adalah satu dari lima merek mesin produksi yang dijual perusahaan secara eksklusif. Empat mesin produksi lain bermerek Komatsu, UD Trucks, Bomag, dan Tadano. Scania adalah merek asal Swedia yang telah didistribusikan perusahaan ini sejak 2004.
Melongok kinerja di kuartal I–2014, United Tractors tak memilah penjualan dari lima merek mesin produksi yang dijual tersebut. Perusahaan ini menyatukan penjualan kelima merek di triwulan pertama tahun ini sebesar Rp 4,02 triliun. Jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama 2013 yang sebesar Rp 3,8 triliun, berarti kuartal lalu tumbuh 5,79 persen.
Namun jika dibandingkan dengan total pendapatan kuartal I–2014 yang sebesar Rp13,9 triliun, kontribusi penjualan mesin produksi baru 28,92 persen. Kontributor terbesar pendapatan United Tractors masih dari pendapatan jasa sebagai kontraktor penambangan sebesar Rp8,05 triliun, atau mencuil 57,91 persen.
Mengenai total kinerja kuartal I–2014, memang pendapatan perusahaan ini masih tumbuh 11,65 persen dibanding dengan kuartal I–2013. Namun, tantangan lesunya harga komoditas pertambangan yang masih akan berlanjut pada periode depan menjadi alasan perusahaan enggan menargetkan kinerja muluk-muluk di kuartal II nanti.
"Kami menargetkan kuartal II nanti stagnan karena kami melihat kondisi biaya produksi, cuaca, dan harga tambang, yakni batubara, yang rendah," ungkap Sara.