TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) mengungkapkan, raihan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tidak terlalu menggembirakan. Sekretaris Jenderal Perbanas, Anika Faisal mengungkapkan, kisaran pertumbuhan secara tahunan hanya sebesar 12%.
Capaian itu jauh dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang berada pada level 18,5% per April lalu. "Dari tahun ke tahun, pertumbuhan kredit cenderung selalu berada di atas pertumbuhan DPK," kata Anika dalam seminar nasional, Risiko Kredit Perbankan dan Kebijakan Makroprudensial di Tengah Pelambatan Ekonomi dan Gejolak Eksternal yang digelar oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia di Jakarta, Senin (16/6).
Sejak tahun 2010 silam, pertumbuhan kredit memang tercatat lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK. Perbandingan pertumbuhan kredit dengan DPK antara lain masing-masing sebesar 22,25% berbanding 18,54% pada 2010.
Pada 2011, perbandingan kredit 24,89% dibanding DPK 19,08%. Sedangkan pada 2012, perbandingan kredit 23,08% berbanding DPK 15,80% dan kredit 21,60% berbanding DPK 19,32% pada 2013.
Sementara sepanjang tahun 2014, perbandingan pertumbuhan kredit dengan DPK semakin tajam. Tercatat kredit tumbuh 21,21% berbanding DPK 12,16% pada Januari, kredit tumbuh 20,20% berbanding DPK 12,36% pada Februari, dan kredit tumbuh 19,45% berbanding DPK 11,56% pada Maret.
"Hal ini mengindikasikan adanya kesulitan likuiditas yang dihadapi perbankan. Awal tahun 2014 ini, pertumbuhan kredit mulai mengalami perlambatan. Meskipun demikian, besarnya pertumbuhan kredit masih di atas pertumbuhan DPK," ujarnya.
Anika menyebutkan, kondisi ini tidak terlepas dari mahalnya biaya dana akibat meningkatnya suku bunga acuan, sehingga penghimpunan DPK sebagai sunber penyaluran kredit mengalami penurunan. Akibat kondisi ini, rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit (LDR) perbankan semakin melonjak dari 75,2% pada 2010, menjadi 78,8% pada 2011, lalu 83,6% pada 2012, dan meningkat jadi 89,7% pada 2013. (Dea Chadiza Syafina).
Likuiditas Makin Ketat, Pertumbuhan DPK Hanya 12 Persen
Baca Selanjutnya:
Inflasi AS Melonjak 2,6 Persen, Kenaikkan Harga Pangan dan Properti Jadi Pemicunya
Editor: Hendra Gunawan
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger