TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Bioetanol produksi anak usaha PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X ini dihasilkan dari pabrik seluas 6,5 hektar yang ada di Mojokerto, Jawa Timur.
PT PT Energi Agro Nusantara (Enero) mempunyai desain kapasitas produksi sebesar 30.000 kiloliter per tahun.
Bioetanol dihasilkan dari pengolahan terhadap hasil samping industri gula atau yang biasa disebut sebagai tetes tebu (molasses).
Bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrik itu adalah 120.000 ton molasses (tetes tebu) yang akan diambil dari pabrik gula milik PTPN X.
Total investasinya adalah Rp 467,79 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp 154 miliar dan dana PTPN X Rp 313,79 miliar.
Dirut PTPN X, Subiyono, disela pelaksanaan ekspor perdana Bioetanol ke Filipina, Rabu (2/7), menyebutkan bila dirinya optimis, ke depan permintaan bioetanol akan semakin meningkat seiring besarnya kebutuhan bahan bakar nabati untuk energi.
Bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar kendaraan akan menjadi primadona seiring makin menipisnya cadangan bahan bakar berbasis minyak bumi.
Kecenderungan menurunnya kemampuan lifting (realisasi produksi) minyak bumi Indonesia dan meningkatnya tingkat konsumsi bahan bakar merupakan alasan yang kuat untuk mengembangkan potensi bahan bakar nabati.
"Bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel, termasuk di dalamnya adalah bioetanol dari tetes tebu berperan penting untuk menciptakan ketahanan dan kedaulatan energi. Kami mendorong bahan bakar nabati mendapat porsi yang lebih besar dalam pemanfaatan energi nasional," ujar Subiyono yang juga ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) tersebut.
Dia mencontohkan Brasil yang sukses mendorong pemanfaatan energi berbasis tebu. Sekitar 19 persen pasokan energi Brasil ditopang oleh bioetanol berbasis tebu.
Jika hal tersebut bisa dilaksanakan di Indonesia, maka akan tercipta keberlanjutan energi karena cadangan minyak bumi yang menipis bisa dikonversi oleh bahan bakar nabati yang mempunyai sifat terbarukan dan ramah lingkungan.