TRIBUNNEW.COM, UNGARAN - Kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram membuat para pelaku usaha mikro memutar otak. Mereka dihadapkan dilema, apakah harus menaikkan harga jual produk, mengurangi kualitas atau menyesuaikan volume produk. Hal ini juga dialami oleh para pengusaha katering di Semarang.
"Menaikkan harga jelas tidak mungkin, mengurangi porsi juga tidak. Kami lebih ke penyesuaian saja, menyesuaikan harga jual dengan bahan pokok. Misal pas harga ayam naik terlalu tinggi, untuk sementara alternatif kita pakai menu ayam olahan atau lauk yang lain yang costnya lebih murah," kata Production Planning and Inventory Control (PPIC) Berkah Merah Putih (BMP) Catering, Diana Maya (33), saat dihubungi, Sabtu (13/9/2014) siang.
Dia mengatakan bahwa semenjak kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram pihaknya harus melakukan beberapa penyesuaian. Dirinya harus pandai-pandai melihat situasi pasar untuk menghindari kerugian bagi perusahaan dan diwaktu bersamaan juga meminimalisasi kekecewaan konsumen.
"Jadinya kita pakai subsidi silang. Misalnya juga menu hari ini cost-nya terlalu tinggi, besoknya menunya kita cari yang cost-nya agak rendah," ujarnya.
Pihaknya berharap harga gas elpiji tidak akan mengalami kenaikan lagi atau bahkan dirinya akan sangat bersyukur jika harga gas elpiji 12 kilogram akan kembali turun. Sebab bagi usaha katering tidak akan mungkin bermigrasi ke gas elpiji ukuran 3 kilogram karena pemakaiannya yang cukup besar.
"Wah kalo pake 3 kilogram berapa jam sekali harus ganti? Tiap jari kita melayani hampir 1.500 porsi," imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Rasyanti (50), penjual nasi di kantin Kantor Sekretarian Daerah (Setda) Kabupaten Semarang di Ungaran. Dia mengatakan kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram berimbas pada harga eceran gas elpiji ukuran 3 kilogram ditingkat pengecer. Per tabung rata-rata mengalami kenaikan seribu rupiah.
“Sudah naik seminggu terakhir. Biasanya Rp16.000 per tabung, sekarang jadi Rp17.000 per tabung," ungkap warga Karangbolong, Desa Lerep, Ungaran Barat ini.
Meski kenaikan harga tersebut tergolong kecil namun Rasyanti mengaku hal itu tetap memengaruhi biaya produksi usaha warung nasinya.
”Tiap hari habis satu tabung, ya sedikit banyak memengaruhi pengeluaran bulanan, setidaknya biaya masak jadi tambah Rp 30.000,” ungkapnya.
Hanya saja, Rasyamti tidak berani menaikkan harga makanan yang dijualnya. Pun demikian jika harus mengurangi porsi atau ukuran makanan dagangannya.
“Tidak enak sama pelanggan, karena sudah kenal baik. Keuntungan sedikit berkurang tidak apa-apa,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, harga gas elpiji di tingkat eceran di Semarang dan sekitarnya saat ini sudah mengalami kenaikan. Pantauan Sabtu ini, harga di tingkat eceran naik dari Rp 93.000 menjadi Rp 112.000 per tabung.