* Kinerja PT Tiphone Indonesia Tbk Kian Cerah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan saham PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) terus merangsek naik. Jika dihitung secara year to date (ytd), saham TELE naik 57,26 persen. Kenaikan saham TELE kian kencang setelah anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT PINS Indonesia akan mengakuisisi TELE.
Pada 11 September 2014 lalu, PINS resmi mengambil 1,12 miliar saham TELE atau setara 15 persen. PINS mengambil saham TELE dari Boquete Group SA, Interventures Capital Pte Ltd, PT Sinarmas Asset Management dan Top Dollar Invesment Limited. Nilai transaksi Rp 876,7 miliar.
PINS juga akan kembali mengeksekusi aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMT HMETD) yang dikeluarkan TELE. Nilai aksi tersebut Rp 518,24 miliar. Dari situ PINS akan mengambil 638,05 juta saham TELE di harga Rp 812 per saham.
Dus, pasca kedua aksi tersebut, PINS akan memiliki 25 persen saham TELE, setara 1,75 miliar saham. Managing Director Investa Saran Mandiri, Jhon Veter menilai, aksi ini untuk meningkatkan jumlah penetrasi ponsel pintar (smartphone) di Indonesia. Aksi akuisisi ini melengkapi rencana bisnis TLKM di bisnis bisnis device network and application (DNA).
Maka, sejatinya TLKM justru yang paling besar mencicipi keuntungan paling besar. Sementara TELE lebih ke kenaikan harga saham. "Memang saat ini TLKM susah tumbuh, maka banyak melakukan akuisisi agar growth," jelas Jhon. Ke depan, anak usaha TLKM bakal kembali menambah kepemilikan saham di TELE menjadi 30-51 persen.
John memprediksi, jika PINS mendominasi kepemilikan saham TELE maka fokus bisnis akan lebih pada penjualan gadget. Selama ini, pendapatan TELE terbesar dari voucher dan perdana.
Namun, bisnis penjualan telepon seluler menunjukkan pertumbuhan paling tinggi. Per semester I, penjualan gadget naik 269,94 persen menjadi Rp 2,42 triliun. Sementara pendapatan voucer dan kartu perdana hanya naik 1,3 persen menjadi Rp 3,89 triliun. Sisanya pendapatan TELE berasal dari jasa perbaikan Rp 539 miliar.
Kalau menurut William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities, perkembangan bisnis TELE di penjualan voucer dan perdana juga akan digenjot. "Meskipun profit di gadget tinggi tapi akan kalah dengan penjualan voucer, apalagi kurs yang bergerak tak menentu," papar dia.
Jhon memproyeksikan, laba bersih TELE sampai akhir tahun bisa tumbuh 50 persen menjadi Rp 442,36 miliar. Jhon dan Wiliam merekomendasikan, hold untuk TELE. Jhon menargetkan di Rp 1.000 dan William di Rp 1.050. Sedangkan Matthew Wibowo, analis RHB Research merekomendasikan, buy di Rp 1.000. Rabu (17/9) harga TELE naik 1,59 persen di Rp 975 per saham. (Sinar Utami)