News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

RUU Pilkada

RUU Pilkada Lolos Tingkat Keyakinan Investor Terhadap Pasar Indonesia Mulai Goyah

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana aktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta Selatan, Senin (3/3/2014). Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, melemah 36,01 poin atau 0,78 persen ke level 4.584,2. Sepanjang hari ini, indeks bergerak pada kisaran 4.567,76 hingga 4.589,93. Dari 489 saham yang diperdagangkan hari ini, sebanyak 91 saham menguat, 195 saham melemah, dan 203 saham stagnan. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA-Lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tahun ini telah terhenti, sesudah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang menghapus sistem pemilihan kepala daerah secara langsung.

IHSG pada Jumat dibuka turun 1,5%–kemerosotan terbesar dalam satu hari sejak akhir Mei. Kinerja IHSG yang sudah menguat lebih dari 20% tahun ini pun terjegal. Rupiah juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada level 12.022 per dolar, paling rendah sejak Juni. Pada penutupan sesi perdagangan Kamis, rupiah berada di 11.975 per dolar.

Di tengah tentangan dari masyarakat, DPR tetap meloloskan RUU Pilkada, dengan dukungan dari partai-partai yang akan menjadi oposisi terhadap Presiden terpilih Joko Widodo saat ia mulai menjabat. Kemampuan koalisi oposisi meloloskan undang-undang, meski di bawah tentangan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kubu Joko Widodo, mulai membuat investor ragu. Para pelaku pasar menilai presiden baru tampaknya harus melewati proses yang sulit untuk bisa menggolkan rencana reformasi ekonomi.

Dalam pandangan kami, lolosnya RUU Pilkada]merupakan event negatif bagi pasar aset, karena kejadian ini menonjolkan masalah yang mungkin dihadapi Jokowi di DPR saat ia menjabat,” kata Daniel Wilson, ekonom ANZ di Singapura. “Kami masih menilai Jokowi akan bisa bekerja sama dengan DPR, namun mungkin saja ia harus membagi-bagikan kursi kabinet.”

Kalangan investor berharap Joko Widodo dapat menangani sejumlah masalah yang menimbulkan kekhawatiran, seperti subsidi bahan bakar minyak yang membengkak. Subsidi BBM yang tinggi telah berdampak kepada defisit transaksi berjalan yang tak kunjung menyusut. Ada kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga Amerika Serikat dapat membuat defisit semakin menganga.(The Wall Street Journal)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini