TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Penjualan mobil listrik Tesla, perusahaan otomotif milik Elon Musk, mengalami penurunan tajam selama tahun 2024.
Mengutip data Carscoops, sepanjang 2024, Tesla hanya mengirimkan 1.789.226 unit mobil ke konsumen. Jumlah itu turun sekitar 1 persen dari total penjualan tahun 2023 yang mencapai 1,8 juta unit. Jadi penurunan penjualan global pertama bagi Tesla sejak 2011.
Baca juga: Elon Musk Sebut Ledakan Tesla Cybertruck Akibat Kembang Api Jumbo Diletakan Dekat Tangki Mobil
Bila dirinci, dari total 1,78 juta unit mobil listrik yang terjual pada 2024, yakni berasal dari dari dua model, yaitu Tesla Model Y dan Model 3, dimana unit itu terjual sebanyak 1.704.093. Sementara penjualan lainnya berasal dari Model S, Model X, dan Cybertruck yang baru diluncurkan.
Adapun penurunan tersebut terjadi lantaran Tesla kalah saing dengan mobil-mobil murah dari China seperti misalnya BYD. Kendati penurunan telah menawarkan berbagai insentif menarik untuk memacu penjualan, termasuk pembiayaan tanpa bunga dan pengisian cepat gratis. Namun, insentif tersebut nyatanya gagal menarik pelanggan, terutama di tengah kekhawatiran mengenai tingginya biaya pinjaman.
Baca juga: Tesla Cybertruck yang Meledak di Hotel Trump Diduga Aksi Teror
Masalah tersebut semakin diperparah lantaran produksi mobil Tesla kerap terjerat pemeriksaan dari regulator terkait teknologi self-drivingnya, hingga membuat perusahaan terpaksa me-recall jutaan kendaraan listriknya dan memicu kehilangan kepercayaan para pembeli.
Hal itu yang membuat penjualan Tesla di sepanjang tahun 2024 menurun. Bahkan saham Tesla juga ikut merosot sekitar 6,8 persen dari 465 dolar AS per saham menjadi hanya 375 dolar AS pada penutupan perdagangan akhir tahun.
Meski demikian, CEO Tesla Elon Musk tetap optimistis menyambut tahun baru. Musk bahkan memprediksi pertumbuhan penjualan lebih dari 20 persen pada 2025.
Baca juga: Tesla Cybertruck Meledak , FBI Selidiki Kemungkinan Serangan Teror Terafiliasi ISIS
Ada beberapa alasan Musk merasa percaya diri, salah satunya adalah rencana Tesla untuk memproduksi mobil dengan harga lebih terjangkau guna bersaing dengan merek mobil China.
Hal senada juga dilontarkan oleh para analis, mereka menilai Tesla membutuhkan model baru dengan harga lebih terjangkau untuk menarik pembeli dari segmen pasar yang lebih luas. Model baru seperti versi hemat Model Y dengan harga sekitar 35.000 dolar AS diperkirakan bisa membantu memenuhi target pertumbuhan tahunan perusahaan.
“Jika perusahaan (Tesla) ingin terus berkembang, mereka perlu mengembangkan model dan ukuran mobil baru dengan harga yang lebih terjangkau,” ujar Jeff Schuster, wakil presiden penelitian otomotif dari Global Data.
Berbanding terbalik dengan Tesla, BYD justru melaporkan peningkatan penjualan sebanyak 4,27 juta unit kendaraan sepanjang tahun lalu. Ini merupakan kali pertama penjualan mobil BYD di pasar global tembus di atas empat juta.
Dari total penjualan 2024, sebanyak 1.764.992 merupakan BEV (kendaraan listrik bertenaga baterai), atau meningkat 12 persen. Sedangkan kendaraan listrik murni menyumbang 41,5 persen dari total penjualan BYD pada 2024.
BYD juga turut menjual 2.485.378 kendaraan PHEV pada tahun lalu,atau naik 72,8 persen dari 1,4 juta pada 2023. Serta kendaraan hibrida plug-in yang mewakili 58,5 persen dari total penjualan BYD selama 2024.