TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Blue Bird akan mencatatkan sahamnya pada tanggal 3 November 2014. Perseroan awalnya menawarkan 531,4 juta saham atau setara modal ditempatkan dan disetor penuh. Adapun harga sahamnya ditawarkan dengan kisaran Rp 7.200 - Rp 9.300 per saham dengan target perolehan dana sekitar Rp 4,94 triliun.
Analis KDB Daewoo Securities, Betrand Reynaldi dalam riset tanggal 23 Oktober 2014 menyebutkan, jumlah saham yang ditawarkan kemudian direvisi menjadi 376,5 juta lembar saham atau 14,2% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga Rp 6.500 per saham. Dengan demikian target perolehan dana menjadi Rp 2,4 triliun.
Pihak managemen Blue Bird sendiri masih enggan memberikan tanggapan terkait revisi jumlah dan harga saham yang ditawarkan. "Saya belum bisa berkomentar, silahkan konfirmasi ke analis yang bersangkutan," ujar Direktur Blue Bird, Andre Djokosoetono, Kamis (23/10).
Menurut Betrand, pengurangan jumlah saham dan penurunan harga menunjukkan mahalnya valuasi Blue Bird sebelumnya. Jika dibandingkan dengan saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dengan price earnings (PE) sebesar 15,5 kali, PE Blue Bird lebih mahal yakni sebesar 19,11 kali.
Namun, Betrand menilai hal ini wajar lantaran imbal hasil ekuitas (ROE) Blue Bird yang lebih besar yakni 20% jika dibanding TAXI 18%. Apalagi, Blue Bird juga merupakan pemimpin pasar dengan pangsa pasar yang jauh lebih besar jika dibanding TAXI. Per akhir 2013, pangsa pasar Blue Bird 33%, sedangkan TAXI 14%. "Market caps Blue Bird jauh lebih besar," tulis Betrand dalam risetnya.
Meski demikian, Betrand melihat sentimen investor terhadap Blue Bird dapat mengangkat harga saham TAXI. Apalagi, pertumbuhan penumpang cukup tinggi yakni 12,3% pada periode 2007 dan 2011, dan diperkirakan lebih tinggi pada lima tahun mendatang. Tingkat penetrasi taksi di Jakarta pun masih rendah yakni 1,4 dibanding Hongkong 2,5 atau Singapore 5,3 dan Bangkok 10,2. (Wuwun Nafsiah)