TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat energi Sofyano Zakaria menjelaskan saat ini harga minyak dunia masih menurun. Namun jika Mean of Platts Singapore (MOPS) atau harga acuan produksi minyak untuk dalam negeri naik, hal tersebut berdampak kepada harga elpiji 12 kg yang ada saat ini.
PT Pertamina (persero) telah mengurangi subsidi elpiji 12 kg, berdampak kepada harga jual saat ini. Jika harga masih fluktuatif, Sofyano menilai masyarakat akan beralih dari si tabung biru 12 kg ke tabung hijau elpiji 3 kg.
"Situasi saat ini adalah labil. Jika MoPS naik, maka suka atau tidak suka harga si Biru (elpiji 12 kg) naik," ujar Sofyano di Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Sofyano memaparkan bahwa pemerintah tidak boleh menyalahkan rakyatnya jika sebagian besar ikut beralih ke elpiji 3 kg dengan perbedaan yang signifikan. Namun pemerintah, imbau Sofyano harus berani supaya tidak menciptakan kondisi disparitas tajam tersebut terjadi dengan menipiskan perbedaan harga.
"Pemerintah harus berani menaikkan harga elpiji 3kg yang secara formal sudah 8 tahun sejak konversi tidak pernah naik, namun faktanya di pasaran sudah jauh dari yang seharusnya," ungkap Sofyano.
Sofyano menilai pemerintah juga harus mengkaji ulang kebijakan besaran subsidi elpiji 3kg. Besaran Subsidi elpiji 3kg, sejak tahun 2007, sejak pertama program konversi diluncurkan, belum pernah di koreksi.
"Artinya Pemerintah harusnya bersikap "rasional" terhadap besaran subsidi ini," papar Sofyano.
Sofyano menambahkan bahwa pemerintah bisa saja memberikan subsidi tetap kepada elpiji 3 kg. Hal itu disamakan dengan harga BBM yang mengikuti fluktuatif harga minyak dunia.
"Pemerintah bisa saja memberi subsidi tetap (fixed subsidiary) terhadap elpiji 3kg seperti halnya yang diterapkan untuk minyak Solar," kata Sofyano.