TRIBUNNEWS.COM -- Anda tentu tahu nama penyanyi Justin Bieber. Nah, kalau Kanada punya Bieber, Indonesia punya banyak selebritas yang mengawali karier lewat situs video Youtube, seperti Gamaliel dan Audrey Tapiheru. Ya, situs video sharing itu memang sudah memunculkan banyak aktris-aktris baru.
Namun, ternyata, popularitas bukanlah satu-satunya hal yang bisa diraih dengan memamerkan karya di Youtube. Sebagai youtubers, sebutan untuk pemilik akun Youtube, Anda juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Youtube memiliki program kemitraan bagi para penggunanya. Lewat program ini, Youtubers bisa mendapatkan uang dari iklan yang ditayangkan pada video unggahan si youtuber.
Caranya gampang-gampang susah. Anda hanya perlu memiliki akun Youtube lalu mengunggah video karya Anda di platform video online tersebut. Namun, video Anda harus disaksikan banyak orang dulu jika ingin mendapatkan pemasukan yang besar.
Semua orang bisa memonetisasi Youtube berkat program kemitraan yang ditawarkan situs di bawah bendera grup Google ini. Anda hanya perlu mendaftarkan akun Youtube sebagai mitra Youtube. Selanjutnya, Youtube akan memberikan ketentuan yang harus diikuti. Anda akan diberikan pilihan untuk memonetisasi akun Youtube atau tidak. Jika iya, maka pada video yang Anda unggah, Youtube akan menyisipkan iklan di awal video.
Program kemitraan ini merupakan salah satu cara Youtube mendapatkan penghasilan dari iklan. Pada tiap video Youtube yang dipasangi iklan, sang pemilik akun pun akan mendapatkan imbalan. Nah, besaran imbalan ini berbeda-beda untuk tiap video. Namun, semakin banyak yang menyaksikan video dengan sisipan iklan, maka imbalan yang diberikan pun semakin besar.
Sacha Stevenson adalah salah satu youtubers yang memanfaatkan monetisasi Youtube ini. Bule asal Kanada ini sejak tahun lalu terkenal lewat video-videonya yang berjudul “How To Act Indonesian”. Sacha mengaku sudah mengenal Youtube sejak lama. Ia bergabung dengan situs ini sejak tahun 2011. Dulu, ia mengunggah video berupa parodi lagu yang ia kreasikan sendiri. Namun,
video semacam itu tak begitu populer. Tak banyak yang mengetahui keberadaan akun yang bernama Sasaseno itu.
Angin keberuntungan mengarah padanya sejak ia mengubah konsep konten video. Di video-videonya, Sacha mengkritik kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia dengan gaya parodi. Namun, ketika diunggah pada Agustus 2013, video itu tak langsung nge-hit.
Baru pada video ketiga, nama Sacha diperhitungkan sebagai Youtubers yang terkenal. Orang-orang menilai videonya nyeleneh tapi bisa jadi kritik tajam untuk orang Indonesia. Di salah satu video, Sacha menirukan perilaku orang Indonesia yang sembarangan dalam menyeberang jalan. Di video lain, ia menyoroti kebiasaan orang Indonesia membawa mi instan ketika pergi ke luar negeri.
Sacha mengakui tidak semua menyetujui dengan konten video yang ia sajikan di akun Youtube miliknya. Namun, di samping kontroversi yang ditimbulkan, banyak orang yang mengikuti akun Sasaseno itu. Video-videonya selalu mendapatkan banyak kunjungan. Hingga kini, Sacha bahkan sudah memiliki sekitar 194.583 subscribers (istilah untuk pengikut akun di Youtube).
Sacha bilang, semua akun Youtube bisa dimonetisasi. Namun, penghasilan yang didapat dari program kemitraan ini sangat beragam. Youtube akan memberikan sejumlah uang sesuai dengan jumlah kunjungan pada video milik mitranya.
Untuk menambah penghasilan, monetisasi Youtube ini bisa jadi strategi yang bagus. Dalam sebulan, jika videonya sering ditonton, Sacha bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 10 juta dari Youtube. Namun, ia menyayangkan nilai ini tak sebesar dari youtubers luar negeri. “Kalau di luar negeri, imbalan dari Youtube bisa jauh lebih besar dibandingkan youtubers Indonesia. Tapi saya tak tahu alasannya,” kata Sacha.
Bisa perusahaan
Akun Youtube lain yang mengikuti program kemitraan ini ialah Eka Gustiwana Putra. Para youtubers mengenal Eka melalui aransemen lagu yang ia tampilkan di Youtube. Eka bilang, sejak tahun 2009 ia sudah punya akun Youtube, tapi ia hanya mengunggah video pribadi. Lalu, akun itu ia biarkan sampai 2011.
Eka bercerita, ia pernah merintis karier sebagai penyanyi dari kafe ke kafe. Bahkan ia juga pernah membentuk grup band musik. Sayangnya, karier ini kurang berhasil. Namun itu tak menghentikan Eka untuk terus berkarya.
Eka kerap mengikuti lomba membuat jingle. Lantaran sering menang lomba, Eka dipilih untuk mengaransemen lagu untuk Nikita Willy pada 2010. Di samping itu, Eka mulai memproduksi lagi jingle untuk perusahaan dan iklan. “Tapi dulu kurang ter-expose,” ungkapnya.
Nama Eka bersinar ketika ia membuat video parodi Arya Wiguna yang wajahnya sempat mengisi layar kaca pada 2013. Video itu ditonton oleh satu juta orang. “Dari situ saya konsisten untuk berkarya lewat wadah Youtube,” ujar dia.
Eka enggan mengatakan penghasilan yang ia dapat dari Youtube. Namun, ia bilang, Youtube punya sistem penghitungan sendiri. Youtube bisa menganalisa video yang ditonton sampai akhir atau yang hanya ditonton selama lima detik. Nah, penghasilan mitra dihitung berdasarkan jumlah penonton dan lama video ditonton. “Penghasilan saya perbulan yang diperoleh dari Youtube itu di atas UMR,” cetus dia.
Pemasukan dari Youtube menyumbang setidaknya 30% dari total penghasilan pribadinya per bulan. Menurut Eka, ada Youtubers yang bisa meraih lebih dari Rp 10 juta hanya dari pemasangan iklan di Youtube.
Tak hanya perorangan, akun Youtube milik perusahaan pun bisa meraup keuntungan dari program kemitraan Youtube ini. Media penyedia konten hiburan dan humor seperti Malesbangetdotcom (MBDC) bisa menjadi contoh.
CEO MBDC Christian Sugiono menuturkan, MBDC sudah jadi mitra Youtube sejak awal 2013. Lantaran, videonya populer di kalangan Youtubers, MBDC ditawari mengikuti program kemitraan Youtube. Sebagai media yang fokus memproduksi konten video, Christian pun langsung menyetujui tawaran tersebut. “Kami juga melihat Youtube sebagai platform yang paling baik dalam menyajikan video secara online,” ucap Christian.
Menurut pria berusia 33 ini, penghasilan dari program kemitraan Youtube ini tak bisa dibilang besar. Untuk tiap 1.000 views, Christian bilang, besaran uang yang diberikan Youtube ada pada kisaran US$ 3–US$ 6. “Ini berubah terus tergantung dari Youtube,” ucap dia.
Dus, MBDC memang tak menggantungkan pemasukan dari program ini. Pasalnya, program ini hanya menyumbangkan penghasilan di bawah kisaran 10% untuk MBDC.
Tidak Sekadar Uang
Para youtubers yang menjadi mitra Youtube ini mengaku program kemitraan tidak hanya menghasilkan keuntungan dalam bentuk materi bagi mereka. Contohnya Sacha, yang membangun kariernya di dunia televisi. “Saya sering diundang oleh stasiun televisi untuk membicarakan akun Youtube milik saya. Bahkan ada juga yang menawari saya untuk bikin buku,” ucapnya.
Bila tertarik mengantongi pendapatan dari Youtube, Sacha bilang, saat ini merupakan saat yang tepat. Pasalnya, Youtube di Indonesia belum berkembang secara maksimal. Masih banyak pengguna internet di sini yang belum mengakses Youtube. Bahkan akun yang punya subscribers satu juta orang hanya Raditya Dika. Padahal di luar negeri, hal semacam itu sudah biasa terjadi. “Mending mulai sekarang karena kalau tunggu nanti, akan susah karena kompetisinya akan lebih ketat dan akan semakin banyak yang membuat video Youtube,” cetus Sacha.
Ia menambahkan, Youtube bisa dijadikan awal karier di bidang hiburan. Akan tetapi, selain keterampilan membuat video yang menarik, youtuber harus memiliki keterampilan lain. Sacha, misalnya, bisa jadi presenter di beberapa acara karena orang-orang mengenal dia lewat Youtube.
Berbeda dengan Eka yang kerap mendapatkan orderan membuat stick composing untuk iklan dan perusahaan-perusahaan berkat Youtube. “Ada juga yang bikin video Youtube lalu diajak main sinetron lalu jadi artis,” ucap pemilik akun dengan 277.000 subscribers ini.
Christian juga menyetujui hal itu. Menurut dia, program kemitraan ini bukan semata-mata jadi sumber penghasilan tapi mendatangkan peluang yang lebih besar lagi. Dengan jadi mitra Youtube, konten video MBDC lebih mudah ditemukan. Pasalnya, sebagai mitra, MBDC mendapat perlakuan khusus sehingga sering dipromosikan Youtube. Ini menambah jumlah subscribers akun MBDC secara signifikan. Secara otomatis, brand awareness MBDC di kalangan masyarakat pun semakin meningkat.
Harus berani bereksperimen
Menjadi mitra Youtube bisa menjadi sumber penghasilan baru. Akan tetapi, hal ini tak semudah yang dibayangkan. Ada banyak faktor yang membuat sebuah video ditonton banyak orang. Faktor utama adalah konten yang menarik.
Christian Sugiono, CEO Malesbangetdotcom mengatakan youtuber harus mengunggah video dengan konten bagus secara terus-menerus. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan satu video saja. Untuk konten, saat ini Christian bilang, video yang paling banyak ditonton adalah video yang berisi pengalaman jalan-jalan atau tutorial serta video-video komedi.
Yang perlu diperhatikan, Youtube sangat ketat dalam hal hak cipta. Pastikan video yang Anda unggah merupakan karya orisinil. “Kalau melanggar, Youtube akan memblok video sehingga tidak bisa ditonton lagi,” katanya.
Sementara youtuber Sacha Stevenson menambahkan, untuk bisa terkenal di Youtube bukan perkara instan. Namun, yang penting, seseorang harus terus-menerus menyajikan konten yang menarik. “Kalau pada video pertama belum banyak yang tonton, belajar dari situ lalu bikin video yang lebih bagus lagi sehingga banyak orang menonton videomu,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk jadi youtuber juga harus punya keterampilan teknis membuat video. Sacha harus belajar bagaimana mengambil gambar dengan kamera DSLR serta mengedit video itu di komputer. Pasalnya, konten yang menarik saja tak cukup, video juga harus bagus alias enak ditonton.
Untuk menghasilkan video yang bagus, tak tanggung-tanggung Sacha harus membeli peralatan lengkap. Kini, setiap membuat video, biasanya Sacha menggunakan kamera DSLR, tripod, wireless microphone dan peralatan audio. Perlengkapan ini dimilikinya dengan mengeluarkan sekitar Rp 30 juta. “Untuk pemula, peralatan tak harus lengkap dan kualitas paling bagus, kamu bisa pinjam atau sewa supaya lebih murah,” tutur dia.
Dari segi konten, Sacha menyarankan youtuber sudah memilih tema tertentu sejak video pertama. Setelah diunggah, baru kelihatan, seberapa menarik tema itu untuk youtuber lain. “Minta saran dari teman. Kalau bikin video komedi tapi tidak bagus bisa beralih atau terus bereksperimen sehingga videonya lucu dan bisa dinikmati banyak orang,” kata dia.
Menurut Sacha, tidak ada kata gagal ketika mencoba menyajikan video Youtube. Kalau terus belajar dan rajin mempromosikan video, kemungkinan untuk terkenal di Youtube pun semakin lebar. Eksperimen merupakan hal paling penting karena seperti yang ia katakan, ini bukan perkara instan.
Jika sudah mantap dengan konten, baru sempurnakan hal teknis, seperti pengambilan video dan editing. Sacha bilang, banyak youtuber yang membuat video dengan berbekal kamera yang ada di ponsel pintar. “Peralatan canggih bukan hal utama, tapi kalau bisa dan mampu, mengapa tidak? Karena kualitas video yang bagus bisa jadi daya tarik sebuah video sering ditonton orang,” ungkap dia. (Marantina/Pradita Devis Dukarno)