TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan rupiah yang menyentuh level Rp 13.000 per satu dollar AS, memaksa beberapa sektor industri menaikkan harga produknya. Kenaikan harga ini rencananya akan diberlakukan pada April mendatang.
Vice President PT Asri Pancawarna Hendrata Atmoko mengatakan, jika dilihat sepintas, pelemahan rupiah bisa menambah pemasukan negara melalui ekspor. Namun, karena bahan baku keramik dan granit masih impor, ongkos produksi pun membengkak.
"Siapa yang tidak mau dollar income? Tapi bahan baku kita (keramik dan granit) kan termasuk gas, harus bayar pakai dollar," ujar Hendrata di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (19/3).
Hendrata menjelaskan, bahan pembakar keramik dan granit yaitu gas PGN yang juga mengalami lonjakan harga karena nilai dollar AS menguat. Kenaikan harga gas ini terjadi sejak 6 Februrai sebesar 10 persen saat Rupiah terdepresiasi 6 persen sampai 10 persen.
"Dengan naiknya harga bahan baku seiring juga dengan pemasukan negara yang bertambah, maka tidak banyak nilai lebih dari pelemahan rupiah bagi sektor industri keramik," tandas Hendrata.
Sebaliknya, lemahnya rupiah lebih bisa dimanfaatkan oleh sektor industri makanan dan sayuran karena bahan bakunya tidak bergantung impor. Karena hal itu, Hendra mempertimbangkan untuk menaikkan harga produknya.
"Kami sedang menghitung persisnya berapa kenaikannya, dampak kenaikan ini bagaimana, saat dollar di atas Rp 13.000, bertahan lama ataukah nanti ada intervensi tertentu," jelas Hendrata.
Ia menuturkan, jika nilai tukar dollar AS masih di atas Rp 13.000 hingga April, kemungkinan besar, harga produknya pun akan disesuaikan. (Arimbi Ramadhiani)