TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) membantah menaikan harga elpiji 12 kg secara diam-diam. Menurut Pertamina, kebijakan tersebut sama seperti penerapan harga BBM non subsidi.
"Enggak (diam-diam menaikan gas elpiji 12 Kg), kita liat ini sama saja seperti BBM non subsidi Pertamax," ujar Vice President Coorporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro di Subang, Kamis (2/3/2015).
Nantinya evaluasi harga elpiji 12 Kg juga akan mengikuti evaluasi harga Pertamax yaitu 2 minggu sekali. Bahkan, pengumumannya pun akan disampaikan secara terbuka dan bisa dilihat di website Pertamina.
Wianda juga menyatakan bahwa kenaikan elpiji 12 Kg tak akan diikuti oleh naiknya harga elpiji 3 Kg. Pasalnya, elpiji 3 Kg kata di masih disubsidi secara full oleh pemerintah. "Elpiji 3 Kg kan masih disubsidi full. Kami belum ada pembicaraan khusus untuk kesana. Kan pemerintah juga mau menerapkan subsidi langsung, nah itu yang kita dorong," kata dia.
"Kalau kita lihat pola konsumsi 12 Kg itu kan maaih sangat kecil ya, 400.000 ton per tahun, kalau yang 3 Kg itu 5,7 juta ton per tahun. Jadi itu porsinya masih lebih banyak di elpiji 3kg. Antisipasi kita dgn aparat setempat, kita juga akan mengatasi jika terdapat indikasi-indikasi kekurangan, kita dengan cepat akan melakukan operasi pasar," ucap Wianda.
PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga elpiji non-subsidi tabung 12 kilogram (kg) per 1 April 2015 sebesar Rp 666,67 per kg atau Rp 8.000,04 per tabung. Akibatnya, harga elpiji 12 kg di agen menjadi Rp 142.000 per tabung dari sebelumnya Rp 134.000.
Pertamina berdalih penaikan harga elpiji ini dilakukan agar perusahaan migas nasional itu tidak mengulang lagi persoalan yang sama, yakni menanggung kerugian dalam distribusi bahan bakar minyak (BBM).(Yoga Sukmana)