Sa
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan kebutuhan gula nasional pada saat ini mencapai 5,7 juta ton. Terdiri dari 2,8 juta ton Gula Kristas Putih (GKP) untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2,9 juta ton Gula Kristal Rafinsi (GKR) untuk memenuhi kebutuhan industri.
"Kebutuhan tersebut akan terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk, perkembangan industri makanan dan minuman, hotel, restoran dan lain-lainnya," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat Rapat Kerja dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di gedung Senayan, Jakarta, Senin (6/4/2015).
Menurutnya, saat ini produksi GKP oleh 62 pabrik gula (50 BUMN dan 12 swasta) yang menggunakan bahan baku tebu. Dimana, GPK dari pabrik gula pelat merah pada umumnya berkapasitas kecil yakni kurang dari 400 ton tebu per hari dengan peralatan yang sudah sangat tua.
"Sehingga efisiensi dan mutu gulanya relatif rendah. Sehingga perlu ditingkatkan kapasitasnya menjadi di atas skala keekonomian yaitu lebih dari 6000 ton tebu per hari," ucap Saleh.
Selain itu, kata Saleh, perlu juga dikembangkan perkebunan tebu baru dan dibangun pabrik baru yang diarahkan di luar pulau Jawa dengan kapasitas yang besar, yaitu minimal 10.000 ton tebu per hari.
Namun, Saleh mengungkapkan, masih ada permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pabrik baru dan ekstensifikasi lahan. Salah satunya, sulitnya mendapatkan lahan yang cocok dengan agroklimat tebu seperti topograsinya datar, iklimnya 6 bulan basar dan 6 bulan kering, irigasi bagus dan lainnya.
"Kemudian dibutuhkan investasi sangat besar sekitar Rp 1,5 triliun sampai Rp 2 triliun untuk kapasitas giling 10.000 TCD (ton tebu per hari), dan waktu pengembalian investasi cukuup lama yaitu sekitar 8 sampai 10 tahun," tutur Saleh.