TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, menyatakan fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah menarik investasi dari negara-negara ASEAN dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah Indonesia sebagai pasar besar (big market) bagi produk-produk negara ASEAN lainnya.
Salah satu critical point pelaksanaan MEA adalah kekhawatiran Indonesia hanya menjadi pasar besar bagi produk-produk negara ASEAN lainnya. Pasalnya penduduk Indonesia mencapai 40 persen populasi ASEAN.
"Menarik investasi negara-negara ASEAN dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, dapat menjadi salah satu solusi menghindarkan kekhawatiran Indonesia hanya akan menjadi big market,” kata Franky.
Franky optimistis, Indonesia dapat menarik investasi dari negara-negara ASEAN karena potensinya masih cukup besar. Dia merujuk kepada data BKPM yang menunjukkan adanya kecenderungan kenaikan investasi dari negara ASEAN ke Indonesia, yaitu dari 5,46 miliar dolar AS pada 2012, 5,49 miliar dolar AS pada 2013, dan 7,93 miliar dolar AS pada 2014.
Franky mencatat, dari keseluruhan negara ASEAN hanya Singapura dan Malaysia yang sudah masuk daftar utama mitra Indonesia untuk investasi secara langsung.
“Itupun potensinya masih bisa ditingkatkan mengingat rasio investasinya masih relatif kecil," ungkap Franky.
Franky memaparkan rasio investasi Singapura masih sebesar 53,59 persen dari rencana investasi periode 2005-2014 sebesar 63,01 miliar dolar AS dan realisasi investasi periode yang sama 33,77 miliar dolar AS.
Demikian pula dengan Malaysia yang rasio investasinya masih sebesar 28,31 persen dimana rencana investasi Malaysia periode 2005-2014 16,14 miliar dolar AS dan realisasi investasinya sebesar 4,57 miliar dolar AS.