TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pada penutupan pasar hari ini, Rabu (29/7/2015), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terpuruk di angka Rp 13.455.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla kepada wartawan di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta Pusat, menyebut fenomena menguatnya nilai tukar dollar AS berlaku global, tidak hanya di Indonesia. Kata dia seluruh mata uang di Asia Tenggara juga melemah.
"Seluruh mata uang di Asean melemah juga dibanding dollar Amerika Serikat, (tapi) kita tidak melemah lawan Yen (Jepang), Yuan (Tiongkok), Ringgit (Malaysia)," ujarnya.
Sama seperti pelemahan-pelemahan yang terjadi belakangan, hal itu menurut Jusuf Kalla disebabkan lebih banyak oleh faktor eksternal, dibandingkan internal. Isu soal rencana pemerintah AS menaikkan suku bunganya, membuat dollar AS menguat.
Pemerintah menurut Jusuf Kalla sudah berupaya keras menjaga nilai tukar rupiah. Strategi paling efektif untuk mengantisipasi agar rupiah tidak terus terpuruk, adalah meningkatkan perekonomian dalam negeri.
"Bagaimana meningkatkan kemampuan dalam negeri, bagaimana kualitas lebih kuat, ekspor lebih baik," katanya.
Selain itu perbaikan ekonomi Indonesia dapat dilakukan dengan menjaga harga-harga di pasar, agar daya beli masyarakat tetap terjaga walau pun kondisi perekonomian tengah lesu.
Mendongkrak tingkat penyerapan menurut Jusuf Kalla juga bisa membantu menyelamatkan perekonomian dalam negeri.
Oleh karena itu kini pemerintah tengah mengupayakan agar penganggaran bisa dilakukan lebih awal, sehingga bisa dicairkan lebih dini.