News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Ini Perbedaan Pelemahan Rupiah 2015 dan 1998

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas teller melayani penukaran mata uang dolar AS dengan rupiah di Bank Mutiara, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (28/7/2015). Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah 16 poin pada Selasa pagi menjadi Rp 13.430 dibanding sebelumnya di posisi Rp 13.414 per dolar AS. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada saat ini, dinilai berbeda jauh dengan kondisi 1998. Sebab, fundamental ekonomi Indonesia sekarang lebih kuat dibandingkan pada era tersebut.

Analis PT Pefindo Gutur Tri Hariyanto menjelaskan, pada 1998 pelemahan rupiah terjadi disebabkan oleh contagion effect (domino efek) dari pelemahan Baht Thailand yang kemudian menyebar ke berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kemudian pada 1998, kata Guntur, fundamental ekonomi Indonesia sangat tidak baik, cadangan devisa pernah menyentuh 10 miliar dolar AS hingga 15 juta dolar AS dan rasio utang terhadap gross domestic product (GDP/produk domestik bruto) sempat melambung ke posisi 60 persen.

"Saat ini cadangan devisa 108 miliar dolar AS dan rasio utang terhadap GDP hanya pada kisaran 25 persen, bahkan merupakan salah satu yang terendah di dunia," kata Guntur kepada Tribun, Jakarta, Selasa (4/8/2015).

Pada era tersebut, pertumbuhan ekonomi dalam negeri menyusut secara tajam hingga minus 13 persen. Namun, saat ini laju ekonomi masih terbilang tumbuh positif antara 4 persen sampai 5 persen, walaupun mengalami pelambatan.

Selain persoalan tersebut, menurut Guntur, pelemahan rupiah pada 1998 juga didorong dengan sistem perbankan yang amburadul, di mana bank-bank melakukan pembiayaan terhadap grup bisnisnya sendiri secara berlebihan dengan dana yang diperoleh dari utang dalam mata uang asing.

"Sekarang pertumbuhan perbankan memang sedang melambat, namun sistem perbankan sudah jauh lebih sehat, likuiditas cukup memadai dan kredit macet cukup terkendali dengan baik. Kemudian 1998 juga menggambarkan ketidakpastian politik yang sangat besar sebab terjadinya pergantian rezim pemerintahan otoriter," ucapnya.

Pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan adanya spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed) seiring mulai membaiknya perekonomian negeri Paman Sam. Selain itu, banyaknya permintaan dolar AS untuk membayar utang terutama swasta juga turut menekan rupiah.

Tercatat kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini, rupiah melemah 3 poin menjadi Rp 13.495 dari posisi sebelumnya Rp 13.492 per dolar AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini