News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Memburuk, Rupiah Tembus 14.300

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas memperlihatkan pecahan dolar AS yang akan ditukarkan di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Kawasan Blok M, Jakarta, Senin (24/8/2015). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp 14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp 14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada awal perdagangan di pasar spot, Selasa (8/9/2015), semakin terpuruk, bahkan sempat menembus level 14.300.

Berdasarkan data Bloomberg, pukul 08.35 WIB, mata uang Garuda melorot ke posisi Rp 14.304 per dollar AS, setelah dibuka di level 14.263,6. Kemarin, rupiah ditutup melemah pada 14.266.

Hari ini rupiah masih dibayangi tekanan. Pelemahan harga komoditas secara global dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun menjadi faktor penekan mata uang Garuda.

rupiah kembali melemah hingga kemarin sore, mengikuti pelemahan mata uang lain di pasar global terhadap dollar AS. Selain akibat ketidakpastian menjelang FOMC meeting, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia juga membantu mendorong pelemahan rupiah melalui aliran dana asing keluar dari pasar saham.

Pemerintah berencana menerbitkan aturan sebagai stimulus, tetapi secara umum efektivitasnya diragukan selama serapan anggaran tidak membaik secara signifikan.

Di sisi lain, tendensi menjaga stabilitas rupiah oleh BI masih tecermin dari turunnya cadangan devisa Agustus. Tergerusnya cadangan devisa biasanya juga dibarengi oleh penyusutan likuiditas di perekonomian di mana perlambatan kredit masih berlangsung hingga kini.

Hari ini tanpa intervensi, menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, rupiah berpeluang kembali melemah merespons turunnya harga komoditas.

Di eksternal, mata uang euro menguat setelah indikator produksi industri Jerman secara signifikan membaik. Ketika pasar keuangan AS tutup akibat libur hari buruh nasional, minyak Brent justru tersungkur menyusul pesimisme yang kembali menyusul pengumuman angka cadangan devisa Tiongkok yang turun sangat drastis.

Hal ini bisa menandakan usaha keras Negeri Tirai Bambu untuk menahan gejolak di pasar keuangan yang pada suatu titik bisa kembali memicu devaluasi.(Robertus Benny Dwi Koestanto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini