News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Paket Kebijakan Ekonomi Dirilis, Rupiah Justru Tersungkur

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DEREGULASI EKONOMI - Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja bidang perekonomian dan Pimpinan lembaga keuangan saat konferensi Pers Paket Kebijakan Ekonomi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (9/9/2015). Pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya menggerakan ekonomi nasional melalui berbagai paket kebijakan ekonomi, pengembangan ekonomi makro yang kondusif, menggerakan ekonomi nasional, dan melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakan ekonomi pedesaan. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah kemarin, rupanya belum bisa memberikan dukungan kepada rupiah.

Pada awal perdagangan di pasar spot Kamis (10/9/2015), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali tersungkur hingga menembus level 14.300.

Berdasarkan data Bloomberg, pukul mata uang garuda pukul 09.00 WIB melemah ke posisi Rp 14.323 per dollar AS, dibandingkan penutupan kemarin pada 14.261,5.

Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, paket kebijakan ekonomi yang diumumkan menjelang malam kemarin gagal memberikan rincian yang spesifik sehingga respon positif yang signifikan serta meningkatkan prospek pertumbuhan sepertinya belum akan terlihat. Kebijakan moneter BI lebih menyasar stabilitas rupiah bukan pertumbuhan.

"Dalam jangka pendek rupiah masih berpeluang menguat mengikuti sentimen pelemahan dollar AS di pasar global walaupun pelemahan tajam harga komoditas akan mencegah penguatan yang signifikan," sebutnya pagi ini.

Sementara indeks dollar AS terus turun bersama dengan Indeks S&P 500. Di sisi lain euro berhasil menguat. Optimisme terhadap perekonomian AS secara konsisten terus bergeser ke arah Zona Euro.

Harapan kenaikan Fed rate di September secara konsisten terus tergerus, volatilitas tinggi dengan kecenderungan pelemahan di pasar saham AS merupakan indikasi perekonomian AS saat ini belum cukup kuat menahan kenaikan suku bunga. Inflasi Tiongkok ditunggu pagi ini dan diperkirakan naik.

Kemarin rupiah menguat tipis mengikuti penguatan mata uang lain di Asia.(Robertus Benny Dwi Koestanto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini