TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menolak rencana pemerintah menaikkan cukai rokok demi mengejar target pertumbuhan perolehan cukai rokok 23 persen dalam RAPBN 2016. Jika rencana ini tetap diwujudkan, Bentoel yakin, tingkat penjualan maupun produksi akan turun.
Winny Soendaroe, Corporate Affairs Manager PT Bentoel Internasional Investama Tbk bilang, penetapan cukai rokok sebaiknya melihat secara holistik keadaan ekonomi saat ini. Menurut dia, terjadi pelemahan daya beli dan kondisi ekonomi di Indonesia kurang baik.
Yang paling berpengaruh pada performa Bentoel adalah daya beli konsumen. "Dalam keadaan ekonomi yang seperti ini, konsumen pasti akan mengutamakan barang-barang kebutuhan mendasar seperti pangan. Sehingga ada kecenderungan untuk menunda atau mengurangi hal-hal yang sifatnya non-pangan," kata Winny pada KONTAN, Minggu (13/9).
Secara prinsip, jika cukai rokok terus naik, PT Bentoel Internasional Investama Tbk akan menaikkan harga untuk menutupi kenaikan akibat cukai dan biaya produksi. Ujungnya, ini akan kembali membebankan konsumen.
Jika kenaikan harga, penurunan daya beli, dan kenaikan target cukai yang tinggi bertemu, Winny melihat, sangat besar kemungkinan akan terjadi penurunan industri.
Mengacu pada data yang dikumpulkan Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) di Indonesia, kenaikan cukai 8,7 persen, terjadi penurunan volume di industri rokok 7,2 persen. "Maka dapat dibayangkan bila kenaikan cukai terjadi lagi demi mengejar target 23 persen," ujar Winny.
Berdasarkan laporan keuangannya, RMBA memperoleh penjualan bersih Rp 7,65 triliun sepanjang semester I-2015, lebih tinggi 8,66 persen dari periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 7,04 triliun.
Kenaikan penjualan ini, menurut Winny, merupakan kombinasi dari berbagai faktor. "Namun faktor mendasar dari kenaikan revenue terjadi karena kombinasi dari volume, perubahan portfolio dan kenaikan harga. Strategi kami untuk fokus pada brand premium kami sudah mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan," jelas Winny.
Sayangnya Winny menolak menyembut jumlah batang rokok Bentoel yang diproduksi dan terjual sepanjang Semester I 2015. Ia juga menolak menyebutkan targer produksi dan penjualan hingga akhir 2015 dibanding tahun 2014.
Produk rokok Bentoel terdiri dari 3 kategori rokok yaitu SKT sigaret kretek tangan, SKM sigaret kretek mesin & SPM sigaret putih mesin. Masing-masing kategori terdapat kenaikan harga jual yang berbeda berbeda. Secara garis besar, kenaikan terjadi karena dua variabel utama, yaitu: cukai dan biaya seperti bahan baku, upah pekerja, ongkos produksi & penjualan dan biaya-biaya operasional perusahaan lainnya.
Kenaikan tersebut kemudian dibebankan ke dalam portfolio kita secara berbeda-beda. "Tetapi secara umum, rokok mesin kita naik dibandingkan rokok kretek tangan. Sebagai gambaran, tahun ini ketika industri naik cukai 8,7 persen maka dampaknya ke rokok mesin kita bervariasi mulai dari 10,2 persen (terendah) hingga 16,9 persen (tertinggi)," pungkas Winny.( Adhitya Himawan)