TRIBUNNEWS.COM -- Siapa yang tak pernah mencicipi es krim, makanan beku yang diolah dari krim susu dan bahan pemanis? Camilan ini digemari banyak orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.
Besarnya pasar es krim tersebut, membuat bisnis kuliner ini tak pernah sepi peminat. Kini, semakin banyak pelaku usaha yang menekuni bisnis es krim. Bahkan, tawaran kemitraan bisnis es krim kian menjamur.
Untuk melihat perkembangan bisnis es krim di tanah air, KONTAN mengulas kembali sejumlah pelaku usaha yang menawarkan kemitraan bisnis ini yang pernah diulas KONTAN. Sebut saja, Uno Ice Cream, Ice Cream Goreng Kezam, dan Ice Cream Goreng Polariz. Di antara mereka, ada yang langsung melesat dengan jumlah kemitraan banyak.
Berikut ulasan kemitraan bisnis es krim yang telah dirangkum KONTAN.
Uno Ice Cream
Usaha ini didirikan Amin Wahid pada Januari 2014. Saat diulas KONTAN pada September 2014, Uno Ice Cream baru memiliki 50 mitra di di Pati dan Bojonegoro, Jawa Tengah serta Malang, Jawa Timur.
Saat ini, Uno Ice Cream telah memiliki 97 mitra yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. “Kantor pusat tidak memiliki gerai Uno Ice Cream karena fokus pada pengembangan produk dan juga produksi,” ungkap Amin.
Pada tahun 2014, kemitraan usaha es krim ini menawarkan dua paket investasi. Pertama, paket investasi senilai Rp 800.000. Mitra akan medapatkan fasilitas box, sendok es krim, dan bahan baku awal es krim sebanyak delapan liter.
Paket investasi kedua Rp 1,8 juta. Mitra akan mendapatkan fasilitas booth portable, kotak es krim (box), sendok es krim, bahan baku awal es krim sebanyak delapan liter, perlengkapan branding dan perlengkapan tambahan lain.
Paket kedua juga berubah dari Rp 1,8 juta jadi Rp 6 juta. Paket investasi yang baru ini berupa depo. Jadi, mitra harus menyediakan lokasi penyimpanan es krim. Paket investasi ini belum termasuk freezer.
Untuk bahan baku awal, mitra wajib membeli dari pusat. “Kami punya trik khusus untuk mengolah es krim rasa durian. Jadi, agar kualitas dan rasanya tetap terjaga, mitra wajib mengambil bahan dari pusat,” imbuh Amin.
Tapi, harga es krim tetap, masih Rp 3.500-Rp 5.000 per porsi. Hanya, varian rasanya ditambah. Selain durian, ada rasa cokelat, stroberi, dan vanili. “Inovasi atas permintaan konsumen agar lebih banyak varian menu,” ujar Amin.
Amin mengklaim, tiap gerai Uno Ice Cream bisa meraup omzet Rp 9 juta-Rp 12 juta per bulan dengan laba bersih sekitar 60% dari omzet.
Amin tak memiliki strategi promosi khusus. Selain lewat media sosial dan blog, pelanggan tahu Uno Ice Cream dari mulut ke mulut. Cuma, masih ada kendala usaha yang dihadapinya, yakni ketatnya kompetisi bisnis ini. Di sisi lain, pemasok bahan baku es krim terbatas, contohnya durian.
Untuk bahan baku durian, ia mengambil pasokan dari di Jawa dan Medan. “Jawa dan Medan punya musim panen bergantian. Jadi, pasokan durian bisa aman,” kata Amin.
Amin berencana menambah 10 rumah produksi es krim. Ini dilakukan untuk menekan biaya dan waktu pengiriman. Saat ini, Uno Ice Cream memiliki rumah produksi di Jambi dan Kalimantan.
Es Krim Kezam
Usaha ini dibesut oleh Esty Surwanti di Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2012. KONTAN sempat mengulas kemitraan ini pada Juli 2013. Pada saat itu Esty telah memiliki 14 mitra usaha yang tersebar di wilayah Tangerang, Bekasi, Cikampek dan Indramayu.
Namun, ketika diulas kembali oleh KONTAN pada September 2014, mitra usahanya tersisa 11 gerai. Menurut Esty, kemuduran jumlah mitra usaha karena pemilihan lokasi penjualan yang kurang strategis. Tapi, lanjut Esty, minat mitra usaha baru masih cukup banyak. Namun, ia kini lebih selektif mencari mitra termasuk penentuan lokasi usaha.
Upaya Esty tak sia-sia. Kini, mitra Es Krim Goreng Kezam kembali bertambah menjadi 14 gerai. Dari total gerai itu, dua di antaranya milik pusat dan sisanya milik mitra. Esty bilang, saat ini gerai Es Krim Goreng Kezam tersebar di Jakarta, Bekasi, dan Surabaya.
Paket investasi kemitraan mengalami perubahan. Saat ini, Esty membandrol paket kemitraan Rp 10 juta dari sebelumnya Rp 7,5 juta. Fasilitas yang didapatkan mitra tetap sama, yaitu booth, perlengkapan jualan, pelatihan, standing banner, termasuk biaya royalti Rp 2 juta dan bahan baku awal 100 porsi.
Esty mengaku tidak melakukan inovasi produk. Menu yang dijual tetap sama, yakni es krim berbalut roti berbentuk segitiga atau bulat yang digoreng. Varian rasa tetap sama: cokelat, vanila, stroberi dan topping madu serta keju. Hanya harga produk naik dari Rp 3.500-Rp 15.000 menjadi Rp 3.500-18.000 per porsi.
Esty dulu menjanjikan, omzet mitra usaha bisa mencapai Rp 9 juta per bulan. "Rata-rata mitra bisa dapat omzet sekitar Rp 300.000-Rp 400.000 atau lebih per hari," kata esty.
Untuk menggenjot jumlah mitra, saat ini Esty rajin melakukan promosi di akun sosial media (sosmed) seperti facebook dan twitter. "Sebab, penambahan mitra datang dari sosmed dan web," ucap Esty.
Saat ini kendala yang dialami Esty adalah ketatnya kompetisi bisnis. Selain itu, tenaga kerja yang kerap keluar masuk. Meski begitu, Esty tetap menargetkan ke depannya bisa menggaet dua mitra baru setiap bulannya.
Es Krim Polariz
Usaha ini didirikan Metta Polaris September 2010 di Jakarta. Metta resmi menawarkan kemitraan akhir 2011. Saat diulas KONTAN pada Oktober 2014, Es Krim Polariz memiliki 50 gerai. Sebanyak 49 gerai milik mitra. Sisanya pusat. Kini, di 2015, gerai Es Krim Goreng Polariz bertambah jadi 61 unit. Dari jumlah itu 60 gerai milik mitra di Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, dan Solo, Jawa Tengah. Sisanya satu gerai milik pusat di Mangga Dua Square, Jakarta.
Serupa dengan kemitraan es krim lainnya, Metta juga menaikkan tarif paket investasi Es Krim Goreng Polariz. Saat ini, paket kemitraan Es Krim Goreng Polariz dibandrol Rp 14,5 juta dari sebelumnya Rp 12,5 juta. Pada paket yang baru ini, mitra sudah dilengkapi booth, peralatan usaha, dan bahan baku 260 liter serta panduan penyajian.
Harga es krim goreng Polariz juga naik, dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000 per porsi untuk semua varian. Varian rasa bertambah, dari sembilan jadi 10 rasa es krim yang ditambah varian rasa green tea.
Polariz tak mematok royalti fee dan franchise fee. "Mitra cukup sediakan tempat usaha dan karyawan," ujar Metta.
Kendati rajin promosi di media dan sosial media, Metta mengaku bisnisnya masih mengalami kendala. Salah satunya, mencari lokasi usaha strategis dan karyawan kurang loyalitas. "Banyak karyawan keluar masuk," ucapnya.
Meski begitu, ke depannya, Metta menargetkan bisa menjaring 100 mitra lagi hingga akhir tahun ini dan membuat varian rasa yang baru setiap 3-4 bulan sekali. Bagi mitra yang berminat bergabung, Metta menjanjikan omzet bisnis Rp 15 juta per bulan.
Pusat Harus Rajin Mengontrol Usaha Mitra
Ceruk pasar bisnis es krim di Indonesia masih terbuka lebar. Menurut Burang Riyadi, konsultan waralaba dari International Franchise Business Management (IFBM), modal bisnis es krim cukup terjangkau.
Hanya dengan modal sekitar Rp 20 juta, pelaku usaha sudah bisa membuka gerai es krim. Memproduksi es krim juga terbilang mudah. Dus, dengan modal terjangkau, pelaku usaha bisa cepat balik modal.
Hanya saja, kata Burang, pelaku usaha es krim harus pandai melakukan inovasi produk dan varian rasa. Cara ini untuk menjaga loyalitas pelanggan, sehingga eksistensi bisnis dan kemitraan es krim berjalan baik.
Selain itu, pelaku usaha yang baru terjun ke bisnis ini bisa bersaing dengan brand es krim yang sudah terkenal dan popular di masyarakat. “Pebisnis harus jeli mencari inovasi produk agar bisa bertahan seperti brand yang sudah terkenal,” kata Burang.
Hal lain yang harus diperhatikan pebisnis, terutama pihak pewaralaba adalah menjaga konsistensi usaha mitra. Menurut Burang, dengan bertambahnya mitra, franchisor harus lebih giat mempromosikan produk. Ini agar usaha mitra bisa bertahan lama.
Jika mitra yang usahanya baru bertahan selama setahun, pihak franchisor harus rajin memantau perkembangan bisnisnya. “Meskipun mitra sudah balik modal, pihak franchisor harus tetap memperhatikan kualitas produknya,” kata Burang.
Bukan cuma itu. Menurut Burang, pebisnis juga harus bisa mengurai kendala usaha yang dialaminya. Ini terutama soal tingginya turn over karyawan. Mulai dari menentukan gaji yang dibayar kepada karyawan hingga kepiawaiannya dalam membuat es krim.
Pemilik usaha harus peka melihat persoalan yang ada. Selain memberikan motivasi, pemilik usaha harus mengawasi dan mengoreksi kinerja karyawan. Jika kinerja karyawan baik, usaha juga bisa bertahan lama. (Izzatul Mazidah/Jane Aprilyani/Merlina M. Barbara/Rani Nossar)