TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo) menilai persoalan hambatan dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada kaitannya dengan keberadaan kereta api pelabuhan.
Ketua Umum Depalindo Toto Dirgantoro mengatakan tidak ada hubungannya masuknya kereta api dengan solusi penyelesaian dwelling time atau lamanya waktu bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Masalah dwelling time di Tanjung Priok lebih dominan dipicu oleh urusan perizinan di sejumlah lembaga/instansi di pelabuhan. Proses bongkar muat di pelabuhan itu sendiri sudah lebih baik dan cepat, coba kita lihat produktifitas terminal ekspor impor di Tanjung Priok seperti di Terminal JICT, saat ini sudah bisa mencapai di atas 30 boks per jam per crane. Artinya, sudah efisien soal bongkar muatnya,” ujar Toto di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Toto menjelaskan ada tiga komponen penyebab lamanya waktu inap kontainer, yakni pre-clearance, custom clearance, dan post-clearance. Khusus Tanjung Priok, komposisi terbesar waktu inap disumbang pre-clearance yang berkontribusi hingga 60% dari total waktu yang dihabiskan pengusaha untuk menginapkan barangnya di pelabuhan itu.
Menurutnya, rencana untuk mengaktifkan kembali kereta pelabuhan perlu disesuaikan dengan keberadaan terminal peti kemas atau Yard Ocupancy Ratio (YOR) di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Pelaku usaha membutuhkan kebijakan yang solutif untuk memangkas masalah dwelling time, bukan hanya gebrakan-gebrakan yang tidak langsung terasa untuk kegiatan usaha di pelabuhan,” tutur Toto.
Keberadaan kereta api di pelabuhan juga perlu diuji manfaatnya bagi pelaku usaha, karena biasanya pelaku usaha akan memilih moda transportasi yang lebih mudah dan efisien dari sisi waktu dan biaya. Hal ini karena menggunakan kereta api untuk mengangkut kontainer di pelabuhan membutuhkan beberapa gerakan ekstra karena kereta api tidak boleh masuk ke dalam kegiatan kontainer terminal, karena ini akan mengganggu produktifitas terminal dan harus berada jauh dari terminal.
Menurutnya, kereta api pelabuhan mungkin akan bermanfaat untuk angkutan yang tidak memerlukan clearance, seperti kontainer jarak dekat, Jakarta-Bandung, maupun Jakarta-Cikarang Dry Port.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sebelumnya mengatakan pada dasarnya jalur rel kereta tersebut akan lebih berguna jika diaktifkan kembali. Selain mempercepat arus pengiriman barang, jalur rel kereta tersebut akan berguna bagi masyarakat untuk memiliki pilihan transportasi yang beragam saat keluar dari pelabuhan. Masuknya kereta api ke pelabuhan bisa mengurangi kemacetan yang selama ini terjadi di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Namun tidak ada hubungannya dengan solusi penyelesaian dwelling time.
Sebelumnya, pada awal September 2015, PT Pelindo II selaku pengelola pelabuhan Tanjung Priok dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menjalin kesepakatan yang disaksikan oleh Kementerian Perhubungan untuk membangun jalur kereta api masuk ke wilayah pelabuhan, yang selama ini tertahan di Stasiun Pasoso.