TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketidakpastian naiknya suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate) dinilai sebagai faktor utama yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus tertekan.
"Investor masih wait and see terhadap keputusan FOMC meeting pekan ini, investor cenderung mengambil posisi hold atau buy dolar AS sebagai safe haven currency sehingga nilainya terus menguat dan rupiah tergerus," kata Analis valuta asing Bank Mandiri Reny Eka Putri, Jakarta, Rabu (14/9/2015).
Menurut Reny, pertemuan The Fed yang akan berlangsung pada 16-17 September 2015 akan membayangi laju rupiah dan dapat menyentuh level batas atas Rp 14.500 per dolar AS pada pekan ini.
"Untuk selanjutnya harus dilihat seberapa besar kenaikan Fed Fund Rate atau sampai kapan penundaan dilakukan," ucap Reny.
Reny melihat, laju rupiah hingga akhir tahun ini berpotensi ke level Rp 14.600 per dolar AS seiring perkiraan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang masih melambat, kinerja ekspor belum optimal, dan kepercayaan investor yang menurun akan ekonomi Indonesia.
"Langkah dari pemerintah (menahan pelemahan rupiah) tentu dengan kebijakan yang lebih tepat sasaran ke market dan bersifat jangka pendek seperti intervensi pasar," tuturnya.
Sementara mengenai paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah beberapa waktu lalu, Reny melihat implementasi kebijakan tersebut masih membutuhkan waktu dan tidak dapat berdampak secara cepat.
Data Bloomberg pada siang ini pukul 11.02 WIB, rupiah berada di level Rp 14.445 per dolar AS, atau melemah dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp 14.408 per dolar AS.