TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian terbaru kerjasama antara AXA, International Finance Corporation (IFC) dan Accenture menunjukkan bahwa pada tahun 2030, industri asuransi akan memperoleh US$1,7 triliun dari segmen perempuan dengan setengah dari jumlah tersebut berasal dari para perempuan di 10 negara ekonomi berkembang, termasuk Indonesia.
Penelitian global bertajuk “She for Shield: Insure Women to Better Protect All” menganalisa peluang bisnis di segmen perempuan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi dengan mengidentifikasi penopang pertumbuhan dan menyoroti perkembangan perempuan serta kenaikan kebutuhan akan produk perlindungan demi memastikan industri asuransi dapat mengakomodasi kebutuhan perempuan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kaum perempuan akan menjadi salah satu konsumen kunci bagi industri asuransi. Dengan lebih menyentuh segmen perempuan, industri asuransi akan mampu berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi secara signifikan serta mendukung perkembangan ekonomi dan sosial di negara berkembang.
Dengan mengeksplorasi dampak segmen perempuan dari sisi permintaan dan penawaran akan asuransi, penelitian ini juga menyoroti kontribusi yang perempuan ciptakan sebagai pemimpin di bidang keagenan, pemasaran, serta distributor profesional yang membantu memperluas jangkauan perlindungan kepada masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, secara global.
“Peningkatan partisipasi perempuan di pendidikan pada tingkat universitas, perempuan bekerja, perempuan wirausaha, dan perempuan dengan pendapatan yang meningkat, telah mengubah dan memperluas cakupan kebutuhan akan perlindungan,” ujar Denis Duverne, Deputy Chief Executive Officer AXA Group dalam pernyataan yang diterima Tribunnews, Kamis(17/9/2015).
“Lebih menyentuh segmen kaum perempuan di seluruh AXA Group sejalan dengan prioritas kami karena kami percaya bahwa perempuan akan menjadi salah satu ujung tombak bagi pertumbuhan di masa depan. Temuan-temuan pada penelitian ini akan menjadi inisiatif bagi kami untuk lebih baik dalam menjawab kebutuhan kaum perempuan – melayani setengah dari umat manusia untuk melindungi secara keseluruhan,” tambah Denis.
“Di IFC, kami percaya untuk selalu meningkatkan peluang perempuan sebagai sumber pertumbuhan – sebagai konsumen, pekerja, pemimpin, dan wirausaha. Kami yakin bahwa temuan dari penelitian ini akan membantu menanamkan bibit-bibit yang akan menciptakan pasar asuransi yang fokus kepada perempuan – membantu perempuan untuk dapat lebih baik dalam melindungi diri mereka, keluarga mereka, komunitas, hingga lapisan masyarakat,” kata Jin-Yong Cai, CEO IFC, anggota dari World Bank Group.
“Dengan meningkatkan peran perempuan di bidang penjualan, yakni melalui pemberian pelatihan yang baik untuk membantu mereka dalam bidang penjualan secara efektif, perusahaan asuransi dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kehidupan para perempuan di seluruh dunia, dan di saat yang bersamaan membuka ruang baru untuk menciptakan pertumbuhan yang menguntungkan,” tukas Thomas Meyer, Managing Director di Accenture untuk Praktek Asuransi.
Penelitian ini berdasarkan riset, model pengukuran ekonomi, dan juga serangkaian wawancara mendalam kepada perwakilan dari industri dan asosiasi, pialang, agen, konsumen, serta regulator di 10 pasar berkembang.
Penelitian tersebut menunjukkan bagaimana peningkatan pendapatan perempuan, membaiknya status sosial ekonomi, dan bertumbuhnya kebutuhan akan perlindungan, mennciptakan peluang yang signifikan bagi perusahaan asuransi.
Tak hanya itu, kebutuhan, pendapatan, dan siklus kehidupan perempuan yang berbeda-beda di setiap negara juga menuntut perusahaan asuransi untuk dapat menciptakan produk serta layanan perlindungan yang mampu menjawab kebutuhan khusus mereka di masa depan.
Untuk pasar Indonesia sendiri, premi asuransi individual yang akan dikeluarkan oleh kaum perempuan diprediksi mencapai US$9 miliar (Rp 130,43 triliun) hingga $14 miliar (Rp 202,89 triliun) pada tahun 2030 nanti, sekitar 10-16 kali lipat lebih besar dibandingkan premi yang dibayarkan sepanjang tahun 2013, yang berkisar $0,9 miliar. Indonesia diprediksi menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan tercepat di antara 10 negara berkembang lainnya.
Faktor pendorong bagi pertumbuhan signifikan ini diantaranya adalah fakta bahwa semakin banyak perempuan Indonesia yang berpartisipasi di dunia pendidikan tingkat universitas, dimana hal ini membantu mereka untuk meningkatkan pendapatan.
Segmen kunci lainnya yang diprediksi akan mengalami peningkatan adalah para perempuan Indonesia usia pensiun yang menginginkan perlindungan lebih baik di masa datang.
Selain itu, asuransi mikro pun diperkirakan akan menjadi salah satu sektor yang dapat dieksplor lebih jauh oleh perusahaan asuransi di Indonesia di masa depan.