TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Program Ekspedisi Sumba merupakan bagian dari kampanye iklim dan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Hivos, yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa sebuah pulau kecil, yaitu Pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dapat menyuplai kebutuhan energinya secara mandiri dari sumber 100 persen energi terbarukan.
Tujuan utama program Ekspedisi Sumba ini adalah untuk mengajak partisipasi aktif dan dukungan publik di Indonesia dan Belanda terhadap isu akses energi terbarukan terutama di daerah-daerah terpencil seperti di Pulau Sumba.
Energi terbarukan merupakan energi yang tersedia di alam dan bisa diperbarui, diantaranya panas matahari, angin, arus air sungai, biogas, dan biomassa. Saat ini pemanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber daya listrik masih sangat kurang.
Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara dan diesel, yang tidak ramah lingkungan. Ketergantungan pada bahan bakar fosil inilah salah satu penyebab belum meratanya akses energi dan listrik di wilayah Indonesia yang sulit terjangkau, terutama di bagian timur.
Pulau Sumba dipilih karena alamnya menyediakan berbagai alternatif energi terbarukan tadi. Ironisnya, energi yang melimpah itu belum dimanfaatkan optimal sehingga sebagian besar penduduk Pulau Sumba belum menikmati listrik. Kondisi ini berpengaruh pada kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat.
Tahun ini merupakan kali ke-empat Ekspedisi Sumba diadakan, dan akan diikuti oleh 4 wakil dari Indonesia dan 4 wakil dari Belanda yang lolos seleksi.
Para peserta akan tinggal bersama masyarakat Sumba selama satu minggu, menyelami permasalahan lokal, dan bersama mencari solusi.
Sekembalinya ke daerah masing-masing, para peserta akan membuat kampanye energi terbarukan dan menggalang dukungan dana untuk kemudian direalisasikan melalui penyediaan fasilitas energi terbarukan untuk masyarakat Sumba.
Jadi kegiatan ini bukan sekadar mencari anak muda untuk jalan-jalan gratis, tapi mencari mereka yang berkomitmen untuk membantu secara nyata, kata Sandra Winarsa, Project Manager Green Energy (Sumba) Hivos Southeast Asia.
Shally Pristine, salah seorang peserta Ekspedisi Sumba 2014, menyatakan merasa optimistis dengan masa depan energi terbarukan di Indonesia. Dia bertemu Made, petani teladan asal Bali namun sudah menetap lama di Sumba Timur, yang tak hanya dapat memberdayakan masyarakat di sekitarnya untuk menggunakan energi terbarukan, namun juga mengelola dan merawat fasilitas tersebut bersama-sama.
Adanya orang-orang seperti mereka membuat saya yakin bahwa teknologi yang kita titipkan di sana dapat dijaga dan dirawat bersama, kata pekerja sosial yang pernah menjadi Pengajar Muda Indonesia Mengajar di Kabupaten Bima, NTB ini.