News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengusaha Rumput Laut Keluhkan Minimnya Pemahaman Pemerintah

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pabrik rumput laut

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai bahwa pencapaian hilirisasi akan sulit direalisasikan sepanjang tidak adanya kesamaan pemahaman semua pihak, utamanya pemerintah tentang wawasan rumput laut dari hulu hingga hilir.

"Sebagai pelaku kami bingung karena aparat pemerintah sering bergonta-ganti personil, sehingga pengetahuannya cenderung harus diperbaharui lagi. Tak Jarang kebijakan dari pihak yang berwenang juga menjadi kurang tepat," kata Ketua ARLI, Safari Azis, Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Menurut dia, memajukan komoditas rumput laut nasional terlebih untuk merealisasikan program hilirisasi membutuhkan visi, misi serta pengetahuan yang sama tentang rumput laut agar konsep hilirisasi itu matang.

"Mereka kadang tidak begitu paham bagaimana proses produksi hingga pengolahan rumput laut itu, terlebih tidak semua jenis rumput laut bisa dihilirisasi," ungkap Safari.

Safari mencontohkan, sering adanya pernyataan yang keliru bahwa seperti rumput laut dapat dijadikan 500 produk sehingga dapat ā€ˇmenjadi bahan pencampur pada 500 produk.

Pernyataan tersebut, Ia nilai harus diperjelas jenis rumput lautnya seperti apa, misalnya rumput laut jenis Eucheuma dapat diolah menjadi Carrageenan atau rumput laut jenis Gracilaria dapat diolah menjadi agar-agar.

"Carrageenan dan agar-agar umumnya merupakan bahan (Ingredient) pencampur atau penolong dari suatu produk," ucapnya.

Minimnya pemahaman aparat pemerintah, tambah Safari, terkadang menimbulkan informasi-informasi yang tidak kondusif dan akhirnya melahirkan kebijakan yang tidak jelas.

Padahal, untuk mencapai hilirisasi membutuhkan roadmap yang cukup jelas dan matang agar bisa menjadi acuan semua pemangku kepentingan sehingga bisa dijalankan dengan konsisten.

"Isu penetapan bea keluar contohnya, sempat membuat resah. Belum lagi dengan kebijakan-kebijakan yang kurang tepat seringkali menimbulkan konflik dan pertentangan. Apalagi sekarang adanya keharusan hilirisasi, sementara kondisi di lapangan kan kadang berbeda dengan program itu dan pemahaman kita pun belum sama tentang hal ini," papar Safari.

Pihaknya berharap agar kajian nilai tambah rumput laut dalam proses hilirisasi harus diperjelas dengan pengkajian yang matang agar pelaksanaannya baik dan efektif.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini